Jumat, 01 April 2016

Pendidikan Masa Kini



Dewasa ini, arus globalisasi begitu cepat merasuk ke berbagai aspek kehidupan. Aspek sosial, budaya, teknologi, politik, bahkan pendidikan. Berbicara pendidikan, merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. Melalui pendidikan pula kemajuan teknologi dan pengembangan konsep-konsep yang ada saat ini bisa tercipta. Sehingga pendidikan merupakan dasar untuk terciptanya pola pikir manusia yang lebih humanistis. Begitu agungnya sebuah pendidikan, sehingga setiap individu wajib untuk menempuhnya hingga setinggi mungkin tanpa batas waktu yang ditentukan.
Namun akibat adanya arus globalisasi, seakan hakikat dari pendidikan terseret begitu saja, yang akhirnya akan berdampak pada proses pembelajaran. Khususnya di perguruan tinggi, banyaknya tugas membuat mahasiswa tersibukkan sehingga mahasiswa tidak ada waktu untuk melaksanakan kewajiban lain seperti mengkaji Islam. Gejolak MEA pun menuntut mahasiswa untuk bersaing di kancah Internasional sehingga tuntutan karir setelah lulus kuliah membuat mahasiswa begitu berambisi untuk meraihnya. Biaya kuliah yang mahal dengan sistem UKT (Uang Kuliah Tunggal) merupakan salah satu alasan bahwa mahasiswa dituntut untuk lulus cepat.
Berbagai tuntutan untuk mahasiswa tanpa tahu tujuan akhir dan makna kuliah membuat mahasiswa terbebani. Terlebih saat ini mahasiswa dituntut untuk mencari materi setelah kuliah, sehingga frame yang ada dibenak mahasiswa adalah kuliah untuk kerja. Itu semua merupakan liberalisasi dalam bidang pendidikan. Pendidikan sudah dijadikan komoditas usaha bagi pengusaha. Pendidikan saat ini tidak hanya ditangani oleh pemerintah tetapi swasta pun boleh mengatur dan masuk untuk berbisnis dalam dunia pendidikan. Sehingga di balik keberlangsungan perkuliahan saat ini terdapat para pemilik modal (capital) yang memanfaatkan ummat dari segi materi. Sehingga pendidikan saat ini tidak melihat prosesnya melainkan tuntutan yang selalu mengancam mahasiswa.
Berdasarkan fakta di atas membuktikan bahwa pendidikan saat ini memangkas hakikat dari pembelajaran dan menuntut ilmu. Akhirnya sebagian mahasiswa belum mengetahui hakikat dari pendidikan, belum mengetahui apa tujuan dari pendidikan. Dalam Islam tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian (syakhshiyah) islami setiap muslim serta membekali dirinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan sehingga pendidikan harus ditempuh dengan sebaik-baiknya tanpa batas waktu. Disebutkan dalam Kitab Ta’lim Muta’aliim bahwa salah satu syarat dalam menuntut ilmu adalah waktu yang lama. Bahkan dalam sebuah hadist dikatakan “Tuntutlah ilmu mulai dari dalam buaian hingga menuju liang lahat”. Sehingga Islam memandang bahwa tujuan dari kuliah adalah untuk menuntut ilmu sebagai kewajiban bagi setiap muslim. Untuk itu, perlu adanya pola pikir yang Islami dalam memandang hakikat pendidikan, sehingga tidak hanya meraih kesuksesan dunia semata tetapi juga kesuksesan akhirat.
Islam dengan ajarannya yang berpangkal pada aqidah menjadikan pendidikan sebagai sesuatu yang penting yang harus didapatkan oleh setiap ummat. Degan memerhatikan hakikat dari pendidikan yang sebenarnya menjadikan pendidikan pada masa Islam mampu mencetak generasi yang cemerlang, tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara moral. Banyak sekali ilmuan Islam yang memiliki peran penting pada perkembangan ilmu pengetahuan hingga saat ini. Seperti contoh, Jabir Ibn Hayyan (720-815 M), beliau adalah seorang sarjana Fisika dan Kedokteran. Karyanya mencapai 200 buah, di antaranya adalah tentang kimia yang antaa lain “Al-Khawasul Kabir” dan “MA Ba`dal Thabi`ah”. Ilmu kimia Jabir telah dianggap sejajar dengan Aristoteles dalam ilmu logika. Al Khawarizmy, Muhammad bin Musa Al Khawarizmy (780-850 M), beliau adalah ahli aljabar dan ilmu bumi. Karyanya yang menjadi referensi berbagai tulisan tentang ilmu bumi, yaitu “Suratul Ardli”. Al-Farghaniy, Abul Abbas Ahmad Al-Farghaniy (hidup sekitar tahun 861 M), beliau adalah seorang ahli perbintangan/astronomi. Karyanya antara lain adalah “Al Madkhal Ila Ilmi Haiatil Fabik” yang sudah diterjemahkan ke bahasa latin. Al-Bhairuniy, Abduraihani Muhammad bin Ahmad (937-1048 M), beliau adalah ahli kedokteran, perbintangan, matematika, fisika, ilmu bumi dan sejarah. Karyanya antara lain adalah “At-Tafhim Li Awaili Shima’atit Tanjim” yang berisi tentang Tanya jawab ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan ilmu falak, dan masih banyak lagi. Ilmuan Islam tersebut, sebagai peletak dasar berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini baru dikembangkan oleh orang-orang Barat.
Untuk itu, Islam yang sesuai dengan fitrah dan akal manusia haruslah diterapkan baik dalam aspek pendidikan maupun aspek-aspek yang lainnya. Hakikat dari pendidikan yang sesuai dengan Islam tersebut akan terwujud hanya dalam sistem Islam yakni dalam naungan Khilafah Rasyidah yang sesuai manhaj kenabian. Maka dari itu, marilah kita sama-sama untuk mewujudkannya kembali agar pendidikan yang sesuai Islam mampu diterapkan di tengah-tengah ummat, sehingga output dari pendidikan mampu mencetak generasi yang cerdas intelektual dan cerdas moral pada masa Islam ketika diterapkan dan akan melahirkan Al-Khawazimi, Al-Bairuny, Al-Farghani dan Jabir Ibn Hayyan yang selanjutnya.
Wallahu ‘alam bi Ashawwab []