Tahun Baru
Hijriyyah: Momentum Kita Untuk Berhijrah
#hijrahyuk!
Sepeninggal
paman nabi yaitu Abu Thalib, keadaan Makkah sudah sangat tidak stabil. Abu
Thalib selalu menjadi sandaran Nabi Muhammad saw dikala banyak yang
menentangnya. Kini sosok tersebut sudah tidak hadir dalam kehidupan Rasulullah
saw. Gejolak dakwah di Makkah dan banyak tekanan dari kaum kafir Quraisy,
Rasulullah saw beserta para sahabat bertekad untuk hijrah ke Madinah. Hijrah
tersebut bukan semata-mata keinginan Rasulullah tetapi merupakan perintah dari
Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan
tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu
satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman,
tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi
mereka, sebelum mereka berhijrah.” (Q.S. al-Anfal/8:72).
Ketika
Rasulullah saw berhijrah ke Madinah dan sambutan dari mereka begitu hangat.
Maka peristiwa besar pun terjadi sepanjang sejarah umat Islam. Dimana pada saat
itu, Islam yang sempurna mulai diterapkan di tengah-tengah ummat. Pada saat itu
pula merupakan titik awal perhitungan tahun hijriyah. Tepatnya pada hari jumat tanggal 16 Rabiul Awwal tahun ke 1 Hijriah, bertepatan
dengan tanggal 2 Juli 622 Masehi, Nabi beserta rombongan Muhajirin lainnya
disambut meriah oleh penduduk Madinah. Mereka melagukan sebuah syair yang
terkenal, sebagai berikut :
“Telah timbullah bulan purnama, dari Tsaniyyatil
Wad'i. Kami bersyukur, selama ada orang menyeru kepada Tuhan. Wahai orang yang
diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami ta'ati” (http://rasulteladan.blogspot.co.id).
Begitu mulianya Islam pada saat itu, semua peraturan
mulai diterapkan di tengah-tengah ummat mulai dari pengaturan ekonomi, politik,
kesehatan, pendidikan, peperangan, dan sebagainya. Dan dengan izin Allah Islam
berkembang hingga seluruh penjuru dunia. Islam pun berjaya hingga 14 abad
lamanya sebelum akhirnya tumbang oleh tangan Kemal Fasha.
Makna Hijrah
Hijrah bukan sekedar proses urbanisasi atau perpindahan
raga/fisik semata. Bagi kita, makna hijrah dapat diartikan untuk kembali kepada
jalan Allah SWT. Menurut Nazarudin Umar, penggunaan kata hijrah di dalam Al-Qur’an
dan hadis mengisyaratkan adanya sebuah motivasi tauhid, artinya hijrah
meninggalkan sesuatu yang negatif kepada sesuatu yang positif. Perintah Tuhan
untuk hijrah lebih banyak dimaksudkan untuk memelihara dan menjaga akidah,
bukan untuk menjauhi tekanan fisik (http://www.idartikel.com).
Jika merefleksi ke dalam peristiwa hijrahnya nabi
tersebut, sesuatu yang baik yang merupakan perintah dari Allah SWT jika kita
menjalaninya dengan ridha,ikhlas dan semata-mata karena Allah, Allah akan memberikan
kemenangan terhadap kita yang menjalaninya.
Untuk itu, marilah kita berhijrah, bukan semata-mata
hijrah/pindah dari suatu tempat. Tetapi hijrah dalam arti sesungguhnya (hajara-yahjuru: meninggalkan, memutuskan)
yakni meninggalkan/memutuskan sesuatu yang buruk yang melekat pada diri
kita. Hijrah dengan menjadikan
seluruh aturan Allah swt diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan dalam naungan
Khilafah.
Wallahu ‘alam bi as-hawwab []
Tidak ada komentar :
Posting Komentar