Jumat, 05 September 2014

FENOMENA TKW INDONESIA

FENOMENA TKW (TENAGA KERJA WANITA) DI INDONESIA
Assalaamualaikum sahabat blogger… J
Oya, kali ini mau menceritakan fenomena TKW di Indonesia nihh.
Mengapa sih di Indonesia itu banyak sekali yang pergi ke luar negeri khususnya para perempuan? Liburankah? Sekolahkah? Atau bekerja? Sepertinya pernyataan yang terakhir yang banyak terjadi. Yup, memang faktanya para perempuan pergi ke luar negeri untuk bekerja, tepatnya menjadi “pembantu rumah tangga”, ada yang pergi ke Arab Saudi, Malaysia, Hongkong, dll. Lalu, mengapa mereka harus pergi jauh-jauh ke luar negeri untuk bekerja? Tidak lain yaa karena krisis ekonomi. Krisis ekonomi terjadi karena di negara kita yaitu Indonesia tidak punya akses untuk mendapat peluang kerja. So, pergillah mereka ke luar negeri.
Sahabat, sebenarnya terdapat dua faktor mendapat pekerjaan yang susah di Indonesia khususnya.
1.     Faktor internal, yaitu dari individu masing-masing. Seperti karena pendidikannya kurang, kenapa yah bisa kurang? Karena biaya pendidikan itu mahal. Padahal…, seharusnya biaya pendidikan itu harus ditanggung oleh negara looh. Karena memang sudah kewajibannya.
2.    Faktor eksternal, yakni karena peraturan pemerintah (ekonomi liberal) yang mengakibatkan adanya kesenjangan sosial. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.

Ada juga loh penyebab dari kemiskinan itu sendiri, yaitu:
Ø  Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang diakibatkan karena kebijakan pemerintah/di atur negara.
Ø  Kemiskinan cultural, yaitu karena keturunan.
Dengan perginya para perempuan ke luar negeri  banyak sekali resiko yang mereka dapatkan yaitu, mereka harus jauh-jauh meninggalkan keluarga, meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri dan mengurus anak. Yang akhirnya si anak kurang perhatian tuh dari orang tuanya, mereka jadi nakal.. hmm… Nauudzubillah…
Sebenarnya dalam Islam tugas utama seorang perempuan itu sangatlah mulia, yaitu sebagai seorang ibu dan manager rumah (ummu wa rabbatul bait). Sungguh, tugas yang simple namun tidak mudah juga untuk dijalaninya, hehe
Terus, bagaimana dong agar fenomena TKW ini bisa di tekan, agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar lagi. Jawabannya yaitu kembali kepada Islam, hehe.. Karena Islam itu menjamin semua kebutuhan pokok perempuan, yaitu:
1.     Kewajiban nafkah itu ada pada suami/ayah. “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS: Al-Baqarah: 233)
2.    Membebankan nafkah pada kerabat laki-laki apabila tidak ada suami/ada tetapi tidak mampu.
3.    Jaminan nafkah dari negara khilafah.
Jadi sudah jelas apabila kita kembali pada Islam dan memahami Islam sepenuhnya, tidak akan ada tuh perempuan yang terlantar/pergi ke luar negeri segala, karena dalam Islam sudah ada jaminannya bagi hal tersebut. Tidak hanya itu, Islam sangat memerhatikan seluruh aspek kehidupan, jadi apabila  diterapkan hidup kita pasti akan sejahtera dan khususnya di ridhai oleh-Nya karena ini merupakan janjinya Allah.
Wallahu ‘alam…

seisme zona sukabumi



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang Masalah
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat dan bumi mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya” (Q.S. Al-zalzalah: 1-2). Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrim yang diakibatkan oleh berbagai fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah satu penyebabnya, demikian halnya dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi yang juga mungkin sampai di permukaan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di atas lempeng benua, lempeng Indo Australia dan lempeng Pasifik. Tak hanya menjadikan kaya sumber daya alam, namun juga rawan akan bencana geologi. Lempeng benua relatif stabil. Namun lempeng Indo Australia terus bergerak ke arah utara sedang lempeng Pasifik bergerak ke arah barat. Sehingga menyebabkan posisi Indonesia tidak stabil dan rawan bencana geologi.
Begitu pun dengan wilayah Sukabumi. Wilayah yang terletak di bagian selatan tengah Jawa Barat ini, tepatnya berada di antara koordinat 106° 45’ 50’’ Bujur Timur (BT) dan 106° 45’ 10’’ Bujur Timur (BT).
Selain itu wilayah yang terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter di atas permukaan laut (dpl) ini, terletak pula pada koordinat 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan (LS) sampai 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan (LS). Adapun, secara geografis wilayah Sukabumi berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah selatan, di mana merupakan tempat bertemunya lempeng Indo Australia dan lempeng Eurasia. Kondisi ini mengakibatkan Sukabumi merupakan salah satu wilayah rawan gempa.
Peristiwa gempa bumi memang tergolong cukup sering terjadi di wilayah Sukabumi, mulai gempa berskala kecil sampai gempa berskala besar. Namun, dari semua peristiwa gempa yang terjadi di wilayah ini, tidak ada satu pun gempa yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

B.       Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang dirumuskan dalam makalah ini di antaranya.
1.    Bagaimana konsep gempa (seisme)?
2.    Bagaimana geologi/struktur bumi Sukabumi?
3.    Bagaimana realitas gempa bumi di wilayah Sukabumi?
4.    Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasi gempa bumi di Sukabumi?




C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1.    Mengetahui konsep gempa (seisme).
2.    Mengetahui struktur bumi Sukabumi.
3.    Mengetahui realitas gempa bumi di wilayah Sukabumi.
4.    Mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasi gempa bumi di Sukabumi.

D.      Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan konsep penelitian gempa bumi. Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.      penulis, sebagai wahana menambah ilmu pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang zona seisme di Sukabumi.
2.      pembaca, sebagai media informasi tentang konsep gempa bumi baik secara teoretis maupun praktis.





BAB II
PEMBAHASAN


A.      Konsep Gempa
1.         Pengertian Gempa (Seisme)
Gempa bumi merupakan salah satu dari banyak bahaya alam yang paling merusak, gempa-gempa tersebut bisa terjadi setiap saat di sepanjang tahun, dengan dampak yang tiba-tiba dan hanya memberikan peringatan sedikit waktu saja. Dengan demikian, tidak ada pemberitahuan sebelumnya ketika akan terjadi gempa bumi yang bertipe tektoik.. Namun, berbeda pula dengan gempa yang bertipe vulkanik, terdapat peringatan sebelum terjadi gempa.
Berikut beberapa pengertian mengenai gempa yang di kutip dari berbagai sumber. “Gempa adalah sentakan asli pada kerak bumi sebagai gejala pengiring dari aktivitas tektonisme maupun vulkanisme dan kadang-kadang runtuhan bagian bumi secara lokal. (Tanudidjaja: 1996)
Adapun pengertian lain yaitu “Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang diakibatkan oleh adanya kekuatan dari dalam bumi atau lapisan energi potensial dalam bumi”. (Rahmawati, 2008:2)
Lebih luas lagi Ambaraja (2008) mengungkapkan bahwa, “Gempa bumi adalah suatu fenomena bencana alam yang terjadi ketika dua lempeng dari bumi bergeser satu sama lain, yang disebabkan adanya patahan atau fault”.
Dari beberapa pengertian gempa di atas, dapat disimpulkan bahwa gempa adalah gerakan pada kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen, baik dari aktivitas tektonis, vulkanis dan runtuhan (terban).
2.         Klasifikasi Gempa
Gempa diklasifikasikan ke dalam enam macam. Yaitu menurut penyebabnya, intensitasnya, hiposentrumnya, bentuk episentralnya, letak episentrumnya dan jarak episentrumnya. (Bambang Nianto Mulyo dan Purwadi Suhandini, 2004).
a.         Menurut penyebabnya gempa dibedakan menjadi:
1)        gempa vulkanik, yaitu gempa yang terjadi karena erupsi gunung api;
2)        gempa tektonik, yaitu gempa yang terjadi karena pergeseran lapisan batuan (dislokasi) yang meliputi wilayah yang luas;
3)        gempa runtuhan (terban), yaitu gempa yang terjadi karena runtuhnya, batuan mengisi ruang yang kosong di dalam litosfer.
b.        Menurut intensitasnya gempa dibedakan menjadi:
1)        gempa makroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya besar;
2)        gempa mikroseisme, yaitu gempa yang intensitasnya kecil.
c.         Menurut hiposentrumnya gempa dibedakan menjadi:
1)        gempa dalam, yaitu 300 km - 700 km;
2)        gempa pertengahan, yaitu 100 km – 300 km;
3)        gempa dangkal,  gempa yaitu < 100 km.
d.        Menurut bentuk episentralnya gempa dibedakan menjadi:
1)        gempa sentral jika episentrumnya berbentuk titik seperti gempa gunung api  dan gempa runtuhan;
2)        gempa linier jika episentrumnya berbentuk garis, seperti gempa dislokasi atau gempa tektonik karena patahan.
e.         Menurut letak episentrumnya gempa dibedakan menjadi:
1)        gempa laut, jika episentrumnya terletak di dasar laut;
2)        gempa darat, jika episentrumnya terletak di daratan.
f.         Menurut  jarak episentrumnya gempa dibedakan menjadi:
1)        gempa setempat, < 10.000 km;
2)        gempa jauh, 10.000 km;
3)        gempa sangat jauh, > 10.000 km.

3.         Istilah-istilah dalam Ilmu Gempa
Menurut Ma’mur Tanudidjaja (1996), beberapa istilah yang sering dipakai dalam ilmu gempa di antaranya.
a. Hiposentrum ialah sumber, tempat peristiwa (tektonik, vulkanik atau bongkah tanah roboh) yang menyebabkan gempa. letaknya di bagian dalam lapisan bumi. jika penyebabnya patahan kerak bumi, maka hiposentrumnya berbentuk garis. akan tetapi, jika gunung api atau tanah roboh, hiposentrumnya berbentuk titik.
b. Episentrum ialah titik atau garis pada permukaan bumi tegak lurus di atas hiposentrum.
c. Makro seisma, yaitu daerah sekitar episentrum yang mendapat getaran dan menimbulkan kerusakan yang paling hebat.
d. Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang membatasi makro seisma.
e. Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat di permukaan bumi yang menderita kerusakan yang sama akibat sebuah gempa.
f. Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat di permukaan bumi yang mencatat gelombang primer pada waktu yang sama.

B.       Struktur Bumi Sukabumi
Struktur umum Pulau Jawa merupakan hasil interaksi tumbukan lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Benua Asia dengan arah tumbukan relatif berarah utara-selatan yang menghasilkan pola struktur lipatan berarah barat-timur dan pola patahan geser berarah baratdaya ± timur laut dan tenggara ± barat laut. Kondisi geologi daerah Sukabumi Selatan terbentuk dari serangkaian peristiwa geologi mulai zaman Oligosen sampai Kuarter yang menghasilkan berbagai jenis batuan sedimen dan vulkanik yang dikontrol oleh kegiatan tektonik yang kuat sehingga menghasilkan bentuk lahan mulai dari pedaratan, perbukitan vulkanik dan perbukitan lipatan serta patahan Cimandiri yang sampai sekarang termasuk kategori patahan aktif. Menurut Baumann, dkk. (1973), daerah Jawa Barat bagian Selatan dibagi atas beberapa satuan struktur yanitu tinggian dan rendahan. Daerah tinggian diantaranya adalah Honje, Bayah, Sukabumi, Ciletuh, Jampang dan Ciamndiri. Sedangkan daerah rendahan adalah Malimping, dan Cibadak-Pelabuhan Ratu. Selanjutnya dikatakan bahwa sejak Oligosen hingga Kuarter di daerah Jawa Barat bagian Selatan dapat dibagi menjadi empat fase tektonik yang diikuti oleh aktivitas vulkanik, yaitu.
1.    Fase tektonik Oligosen Akhir hingga Miosen Awal
Pada periode ini, batu pasir Oligosen telah mengalami pelipatan dengan arah timur laut ± barat daya dan beberapa struktur patahan dengan arah barat ± timur. Pada bagian tengah ini terjadi gerak-gerak vertical yang diikuti oleh aktivitas vulkanik.
2.      Fase Tektonik Miosen Tengah
Pada periode ini terjadi fase tektonik yang besar. Daerah Jawa Barat bagian selatan mengalami pengangkatan dan beberapa daerah mengalami perlipatan dan pensesaran secara intensif. Seperti perlipatan dan sesar-sesar longitudinal berarah timur-barat terjadi di daerah tinggian bayah, Hegarmanah.
3.      Fase Tektonik Pliosen Akhir-Pleistosen
Pada periode ini sebagian besar daerah Jawa Barat bagian selatan terangkat, beberapa sesar mendatar berarah timur-barat memotong struktur yang telah ada. Akibatnya, pola struktur daerah Jampang telah mengalami perubahan ke arah baratdaya pada masa itu.selanjutnya tidak diketahui secara pasti, apakah fase ini berlangsung terus hingga Kuarter.

4.      Fase Tektonik Kuarter
Pada periode ini terjadi aktivitas vulkanik yang kuat, membentuk struktur barat daya-timur laut. Sukendar Asikin (1987), menyimpulkan adanya tiga gejala yang menonjol di Jawa Barat, yaitu:
a.       sesar berarah timur laut-barat daya yang dijumpai di daerah Pelabuhan Ratu, yang berhimpit dengan Lembah Cimandiri.
b.      sesar berarah barat laut-tenggara membagi suatu jalur fisiografi, oleh van Bemmelen (1949) disebut  Zona Bogor. Sesar ini dapat diikuti dari Jakarta sampai ke Cilacap.
c.       sesar berarah timur-barat memotong Pegunungan Selatan diperkirakan sebagai sesar normal dengan bagian utara relatif naik terhadap bagian Selatan.


1)        Cibadak dan Sekitarnya
Daerah struktur cibadak dan sekitarnya di dominasi oleh lipatan-lipatan, sesar naik dan sesar geser . daerah struktur Gunung Walat ini adalah sesuai dengan arah Sumatera. Sesar dan lipatannya pada daerah aliran Cimandiri umumnya, berubah arah mengikuti arah Cimandiri, sedangkan disebelah selatannya (daerah struktur Jampang Kulon) merupakan suatu tinggian.
2)        Ujung Genteng
Ujung genteng merupakan pantai yang terletak di Samudera Hindia atau lebih dikenal sebagai Pantai Selatan Jawa. Tatanan tektonik di sepanjang pantai Selatan merupakan Zona Subduksi. Zona Subduksi adalah zona penunjaman lempeng Samudera ke dalam lempeng benua.
Daerah yang berada disepanjang jalur subduksi akan banyak diikuti oleh atkivitas magmatik dan gempa. Oleh karena itu, daerah sekitar Pantai Selatan Ujung Genteng banyak dijumpai gunung api baik yang aktif, maupun tidak. Disepanjang Pelabuhan Ratu dan Ujung Genteng terdapat pantai dengan Fluvial yang memiliki ketinggian  10 mdpl dan lebarnya sekitar 100 – 2500 m. sepanjang aliran Cimandiri, Ci Kaso dan sungai-sungai lainnya yang memiliki kemiringan sekitar 5 % terdapat bukit-bukit rendah yang terdapat endapan Gumuk pasir. Batuan yang menutupinya terdiri dari endapan pantai dan alluvial berumur Kuarter. Selain itu sekitar pantai Ujung Genteng curam dan banyak ditemukan lekukan yang menjorok ke arah daratan. Berdasarkan peta geologi regional untuk daerah Ujung Genteng, terlihat bahwa terdapat bongkahan batu gamping  berupa koral yang tersingkap di ujung pantainya. Bukti dari aktivitas magmatik akibat jalur subduksi dapat diamati dengan kehadiran batuan vulkanik yang tersingkap di daerah sekitarnya. Umur batuan Vulkanik ini umumnya berupa endapan Tersier. Kehadiran batuan Vulkanik akan menyebabkan topografi yang bergelombang. Air terjun yang dijumpai di daerah ini kemungkinan besar di kontrol oleh perbedaan litologi keras (vulkanik) dengan litologi lunak (sedimen).
3)        Pelabuhan Ratu
Untuk daerah Pelabuhan Ratu, Kondisi bentuk lahannya adalah pedataran pantai dan fluvial dengan ketinggian sekitar 0–10 meter diatas permukaan laut. Kondisi ini ada di sepanjang pesisir pantai daerah Pelabuhan Ratu dan juga pesisir pantai daerah Ujung Genteng dengan lebar sekitar 100- 2500 meter, sepanjang aliran sungai ci mandiri, ci kaso dan juga sungai- sungai lainnya yang bermuara ke laut dengan kemiringan lereng sekitar 5 %. Dibeberapa bagian lainnya terdapat bukit-bukit rendah yang terbentuk dari endapan gumuk pasir. Sedangkan batuan yang menutupi daerah ini terdiri dari endapan pantai dan  alluvial berumur kuarter. Penggunaan lahan ini pada umumnya digunakan untuk objek wisata, permukiman, dan juga pesawahan. Daerah Sukabumi Selatan, banyak memiliki potensisumberdaya alam . salah satunya adalah bahan galian C yaitu batu belah yang terdapat di daerah Sukabumi Selatan. Khususnya daerah Pelabuhan Ratu. Batu belah ini terdapat sebagai aliran lava penggaliannya terbatas pada  tempat-tempat yang mudah dijangkau di tepi jalan sekitar Pelabuhan Ratu-Cikadang dan juga Pelabuhan Ratu-Warungkiara. Proses-proses geologi yang masih berlangsung sampai ada saat ini dapat menimbulkan bencana alami yang dapat menghambat proses  pembangunan di daerah Sukabumi Selatan ini. Di Daerah Sukabumi Selatan ini, khususnya Pelabuhan ratu, proses geologi yang saat ini masih berlangsung antara lain adalah erosi, abrasi, dan gempa bumi. Erosi di Pelabuhan Ratu ini berjalan Intensif pada tanah yang terbuka atau rusak karena ada kegiatan manusia, contohnya di daerah perbukitan karena kegiatan perkebunan yang membuka lahan perkebunan. Untuk daerah pantai Sukabumi Selatan yang merupakan pantai yang memiliki gelombang laut Samudera Hindia yang cukup kuat dan pengikisan pantainya pun cukup kuat, daerah yang terkena abrasi ini adalah sekitar panati Ujung Genteng dan juga sekitar pantai Pelabuhan Ratu.
4)        Surade
Kecamatan surade secara administratif berbatasan dengan kecamatan Ciracap di Sebelah Barat dengan kecamatan Cibitung di Sebelah Timur. Kecamatan Waluran di Sebelah Utara dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah Selatan. Sedangkan secara geografis terletak pada posisi 106o29’ – 106o33’25” BT dan 7o14’40”- 7o25’20”LS dengan luas 13.339 ha yang ditempati oleh 65.720 jiwa dan tersebar di 11 desa. Sungai utama yang mengalir di daerah ini merupakan bagian dari alur Ci Karang dan Ci Kaso dengan pola aliran sungai subdendritik. Jenis batuan yang menutupinya adalah sedimentmarin yang berumur tersier seperti batu lempung gampingan (napal), batu gamping, batu pasir dan batuan vulkanik (kuarter Bawah) seperti Tufa dan bresksi vulkanik. Pada batuan sedimen Formasi Cibodas sekitar Surade dan Jampang Kulon , lapisan  aquifernya relatif dangkal sekitar 4-7 m, air tanah disini cukup prospek untuk kebutuhan domestik. Sumber mata air dan mata air panas yang terdapat di sekitar Surade adalah mata air Ciburial dan sumber mata air panas terdapat di lembah Ci Mandiri yang letaknya berdekatan dengan jalur sesar Cimandiri. Berdasarkan pengelompokan litostratiigrafi, batuan di daerah kecamatan Surade termasuk dalam beberapa formasi, yang akan diuraikan berikut ini.
·           Formasi Cikarang yang didominasi oleh batuan tufa yang mempunyai  kedudukan jurus U10oT dengan kemiringan 83o miring kearah timur ditemukan di S.Cikarang
·           Formasi Jampang yang didominasi oleh batuan tufa lapili yang tersingkap berupa celah/jendela di S. CiKaso dan S. Ciseureuh. Batuan tersebut diatas mempunyai umur Oligosen Atas hingga Miosen Bawah.
·           Formasi Bentang bagian bawah  yang didominasi oleh batu pasir gampingan seling-seling tufa pasiran bersisipan batuan Jampang yang mempunyai kedudukan U 60oT dengan kemiringan 5o ke arah Selatan. Formasi ini berumur Miosen tengah hingga Miosen Akhir dan tersingkap di S.Cibuni
·           Formasi bentang bagian atas yang didominasi oleh batuan tufa pasiran dengan kedudukan U70oT dengan kemiringan 5o ke Arah tenggara yang berumur Miosen Atas hingga Pliosen
·           Formasi Cibodas yang didominasi oleh batugampingan dengan kedudukan U 60oT dengan kemiringan 5o ke arah tenggara berumur Miosen Akhir hingga pliosen. Endapan sungai dan pantai yaitu berupa pasir lepas dan lempung yang mempunyai umur Kuarter tersingkap di muara sungai Cikaso.

C.    Realitas Gempa Wilayah Sukabumi
1.    Proses Terjadinya Gempa Bumi di Wilayah Sukabumi
Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi merupakan suatu wilayah pesisir selatan Jawa Barat dan berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng Indo-Australia dan dilalui oleh sesar/patahan Cimandiri yang merupakan zona sumber gempa. Sesar Cimandiri adalah sesar aktif yang terdapat di Sukabumi Selatan. Dengan melihat catatan-catatan gempa seperti gempa yang terjadi di Pelabuhanratu (1900) dan Kabupaten Sukabumi (2001), pusat gempa bumi yang merusak ini terletak pada lajur sesar aktif Cimandiri. Kejadian terbaru (di tahun 2006) telah terjadi kembali beberapa gempa dengan kekuatan sedang di sekitar sesar Cimandiri. Catatan-catatan kegempaan di daerah sesar Cimandiri tersebut memberikan fakta pasti bahwa potensi kegempaan di daerah ini cukup besar, yang berarti potensi bencana di daerah ini akan sama besarnya pula.
Selama ini bencana geologi ikutan yang sering terjadi akibat gempa bumi adalah gerakan tanah dan liquifaksi, sedangkan gempa bumi yang disertai gelombang tsunami di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi belum terjadi, namun untuk pertama kalinya pada 17 Juli 2006 di lepas pantai Pangandaran terjadi gempa bumi yang disertai tsunami. Dengan kejadian gempa bumi yang disertai tsunami di Pangandaran maka kejadian serupa di Wilayah Jawa Barat dapat terjadi, sehingga kewaspadaan Wilayah Pesisir Selatan Jawa Barat termasuk Sukabumi dapat menghadapi bencana tsunami perlu ditingkatkan sebagai salahsatu upaya memperkecil risiko tsunami sedini mungkin. (http://geodesy.gd.itb.ac.id/?p=288)

2.         Pembagian Zona Rawan Gempa di Wilayah Sukabumi
Berdasarkan data gempa bumi yang sering terjadi di Sukabumi, maka zona rawan gempa bumi di Sukabumi berdasarkan intensitasnya secara umum terbagi menjadi.
a. Zona kawasan gempa bumi sangat tinggi
Kawasan berpotensi terlanda goncangan gempa bumi kuat dengan skala intensitas lebih dari VIII MMI (Modifed Mercally Intensity). Berpotensi terjadi retakan tanah, pelulukan (liquefaction), longsoran pada topografi terjal dan pergeseran tanah dalam dimensi besar. Percepatan gempa bumi dapat terjadi lebih besar dari 0,25 G. Zona ini terletak dekat dengan sumber gempa bumi dengan kedalaman dangkal. Meliputi daerah lembah Cimandiri.
Zona ini tersusun atas batuan kuarter berupa aluvium, endapan pantai dan rombakan gunung api muda yang bersifat lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan gempa bumi, sehingga sangat rawan gempa bumi.
b. Zona kawasan gempa bumi tinggi
Kawasan berpotensi terlanda goncangan gempa bumi dengan skala intensitas VII-VIII MMI (Modifed Mercally Intensity). Berpotensi terjadi retakan tanah, pelulukan (liquefaction), longsoran pada topografi terjal dan pergeseran tanah. Percepatan gempa bumi dapat terjadi lebih besar dari 0,2 G. Zona ini terletak dekat dengan sumber gempa bumi di darat dengan kedalaman dangkal. Meliputi daerah Jampang Tengah - Nyalindung.
Zona ini tersusun atas batuan kuarter berupa aluvium, endapan pantai dan rombakan gunung api muda yang bersifat lepas, belum kompak dan memperkuat efek goncangan gempa bumi, sehingga rawan gempa bumi.

c. Zona rawan gempa bumi menengah
Kawasan berpotensi terlanda goncangan gempa bumi dengan skala intensitas berkisar VI MMI (Modifed Mercally Intensity). Berpotensi terjai retakan tanah pelulukan (liquefaction), longsoran pada topografi perbukitan dan pergeseran tanah dalam dimensi kecil.
Meliputi daerah Ciemas, Jampang Kulon, Pabuaran, Sagaranten dan Cidadap.
Pada umumnya, tersusun oleh batuan tersier, sebagian endapan kuarter, umumnya dilalui oleh struktur geologi dan sumber gempa bumi dengan kedalaman menengah (30 km s/d 80 km).
d. Zona rawan gempa bumi rendah
Kawasan berpotensi terlanda goncangan gempa bumi dengan skala intensitas sekitar V MMI (Modifed Mercally Intensity). Sumber gempa bumi dengan kedalaman dangkal jarang terjadi. Pada umumnya, tersusun oleh batuan tersier.
Meliputi daerah Surade, Tegal Buleud termasuk pesisir patai Selatan.
e. Zona rawan gempa bumi sangat rendah
Kawasan berpotensi terlanda goncangan gempa bumi dengan skala intensitas lebih kecil dari V MMI (Modifed Mercally Intensity). Jauh dari sumber gempa bumi. Tersusun oleh batuan tersier dan morfologi perbukitan.
3.         Zona Rawan Gempa di Wilayah Sukabumi
Berdasarkan informasi yang dimuat di beberapa media dari Staf Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah Sukabumi diperoleh informasi bahwa gempa yang sering terjadi di wilayah Sukabumi termasuk zona rawan gempa tinggi. Karena wilayah Sukabumi berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah selatan, di mana merupakan tempat bertemunya lempeng Indo Australia dan lempeng Eurasia. Akibat dari zona rawan gempa tinggi yaitu, berpotensi terjadi retakan tanah, pelulukan (liquefaction), longsoran pada topografi terjal dan pergeseran tanah. Percepatan gempa bumi dapat terjadi lebih besar dari 0,2 G. Zona ini terletak dekat dengan sumber gempa bumi di darat dengan kedalaman dangkal. Meliputi, Kecamatan Pelabuhanratu, Cibadak, Cisaat, Gunung Guruh dan Kadudampit.

(Peta persebaran gempa bumi di pulau Jawa dan Sulawesi, khususnya Jawa bagian Selatan)



4.         Kondisi Pasca Gempa Bumi di Wilayah Sukabumi
Gempa bumi adalah salah satu dari banyak bahaya alam yang paling merusak, gempa-gempa tersebut bisa terjadi setiap saat di sepanjang tahun, dengan dampak yang tiba-tiba dan hanya memberikan peringatan sedikit waktu saja. Kerusakan tersebut mampu menghentikan seluruh aktivitas makhluk hidup dalam kehidupannya.

Adapun akibat dari gempa bumi adalah.
a.                                          Bangunan roboh atau ambruk.
b.                                          Kebakaran, karena terputusnya sambungan pendek aliran listrik.
c.                                          Banjir, karena tanggul-tanggul dan bendungan yang bobol.
d.                                         Saluran (pipa) air dan gas putus.
e.              Tsunami yaitu gelombang pasang yang dahsyat yang mampu menghempaskan kapal-kapal serta memusnahkan daerah pemukiman di pantai.

Akibat lain:
a.       Bergeraknya tanah dan tanah longsor
b.      Kebakaran
c.       Gelombang tsunami.


D.      Upaya yang Dilakukan dalam Mengantisipasi Gempa
Gempa bumi adalah suatu bencana yang tidak dapat ditentukan kapan saja terjadinya oleh siapa pun. Gempa bumi dapat terjadi secara tiba-tiba kapan saja dan dimana saja. Oleh karena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan beberapa saran kepada kita. Di antaranya sebagai berikut.
1.      Bila kita sedang berada di dalam rumah. Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa adalah sebagai berikut.
a. Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau tempat tidur.
b. Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.
c. Jauhi rak buku, lemari dan kaca jendela.
d. Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang tergantung di dinding dan sebagainya.

2.      Bila berada di luar ruangan. Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa adalah sebagai berikut.
a. Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon yang tinggi dan sebagainya.
b. Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.
c. Jauhi rak-rak dan kaca jendela.
3.      Bila berada di dalam ruangan umum. Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa adalah sebagai berikut.
a. Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang.
b. Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, lemari, kaca jendela dan sebagainya.
4.      Bila sedang mengendarai kendaraan. Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa adalah sebagai berikut.
a. Segera hentikan di tempat yang terbuka.
b. Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan layang/jembatan penyeberangan.
5.      Bila sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai dasar mall. Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa adalah sebagai berikut.
a. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan.
b. Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau satpam.
6.      Bila sedang berada di dalam lift. Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa adalah sebagai berikut.
a. Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Lebih baik menggunakan tangga darurat.
b. Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol.
c. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah.
d. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
7.      Bila sedang berada di dalam kereta api. Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa adalah sebagai berikut.
a. Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak
b. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta
c. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan
8.      Bila sedang berada di gunung/pantai. Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa adalah sebagai berikut.
a. Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman.
b. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika Anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.


BAB III
PENUTUP


A.      Simpulan
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah Sukabumi termasuk salah satu daerah di Jawa Barat bagian Selatan yang sering mengalami gempa bumi. Hal ini disebabkan daerah ini dilalui oleh satu patahan aktif sesar Cimandiri yang merupakan sesar geser yang episentrumnya ada di daratan. Gempa yang sering melanda Kabupaten Sukabumi dengan kekuatan yang bervariasi antara 4-6 skala richter. Dan gempa ini tidak berpotensi tsunami. Adapun gempa yang sering melanda wilayah Sukabumi termasuk ke dalam zona kawasan gempa bumi tinggi, yakni intensitasnya VII-VIII MMI (Modifed Mercally Intensity).
Kondisi pasca gempa di wilayah Sukabumi terkadang rusak parah. Sehingga kondisisi tersebut mengakibatkan terhentinya aktivitas sehari-hari masyarakat di wilayah Sukabumi.
Adapun saran yang diberikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam menyikapi peristiwa gempa yaitu  harus selalu waspada ketika berada dimana pun karena bencana gempa ini tidak dapat dikehendaki oleh siapa pun.


B.       Saran
Makalah yang penulis susun sangatlah jauh dari sempurna mengingat sumber dan referensi yang terbatas. Untuk itu, penulis menghimbau kepada para pembaca agar mengkaji lebih banyak lagi materi yang berkaitan dengan gempa (seisme).


















DAFTAR PUSTAKA



Ambaraja, Beni S. (2008). Gempa Bumi. Bandung: Putra Setia.

Mulyo, Bambang Nianto dan Purwadi Suhandini. (2004). Kompetensi Dasar Geografi. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Rahmawati, Herlina. (2008). Bencana Alam dan Masa Depan Bumi. Jakarta: Perca.

Tanudidjaja, Moh. Ma’mur. (1996). Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Waluya, Bagja. (2007). Geografi SMA/MA X. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.