Jumat, 05 September 2014

karang sambung



[Enter Post Title Here]


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Geologi di Karangsambung-Kebumen dan Yogyakarta ini dengan segala pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Kami berterima kasih pada Bapak Ir. Yakub Malik selaku dosen mata kuliah Geologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
            Kami sangat berharap laporan praktikum ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai konsep geologi. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
            Semoga laporan praktikum Geologi di Karangsambung-Kebumen dan Yogyakarta ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
                       

Bandung,      Desember 2013


Penyusun







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ........................................................................................ 3
B.     Rumusan Masalah ................................................................................... 4
C.    Tujuan ...................................................................................................... 4
D.    Manfaat .................................................................................................... 5
E.     Sistematika Penulisan ............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Falsafah Dasar Geologi........................................................................... 6
B.     Dinamika Unsur-unsur Geosfer............................................................ 11
BAB III METODE PRAKTIKUM
A.    Lokasi dan Waktu Pelaksanaan............................................................ 16
B.     Objek yang Diteliti.................................................................................. 16
C.    Metode Pengamatan............................................................................... 17
D.    Alat dan Bahan Praktikum................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
A.    Sejarah Balai Kampus LIPI................................................................. 18
B.     Kunjungan Setiap Lokasi di Karangsambung................................... 19
C.    Kunjungan ke Gunung Merapi............................................................ 25
D.    Kunjungan ke Pantai Glagah............................................................... 25
E.     Perjalanan Pulang.................................................................................. 26
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................ 27
B.     Saran ...................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 28


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Geologi berasal dari kata Yunani. Geo yang berarti bumi, dan kata Logos yang berarti ilmu/kajian. Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi, komposisi, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
Kajian ilmu Geologi yaitu Litosfer. Litosfer adalah lapisan bagian luar bumi, bersifat keras dan disebut kerak bumi. Para geology menentukan umur bumi yang diperkirakan sekitar 4.5 miliar (4.5x109) tahun dan menentukan bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak di atas mantel yang setengah cair (astenosfir) melalui proses yang sering disebut tektonik lempeng.
Ada banyak batuan yang tersebar di kerak bumi, dimana batuan merupakan kumpulan-kumpulan dari mineral-mineral yang sudah dalam keadaan membeku/keras. Batuan tersebut harus melewati siklus, dimana asal batuan yaitu magma hingga ia mengalami proses panjang hingga meleleh kembali menjadi magma.
Dalam pembelajaran Geologi tentunya tidak cukup jika hanya mengandalkan teori saja, harus dengan praktek. Hal ini bertujuan untuk lebih memahami ilmu tersebut secara mendalam. Tujuan kami praktikum Geologi ke Karangsambung, Kebumen dan Yogyakarta yaitu untuk memahami ilmu Geologi secara mendalam dengan cara mengenal lebih banyak batuan-batuan yang ada di Karangsambung, melihat dan memperlajari berbagai singkapan batuan dan morfologi yang ada di sana. Sedangkan di Yogyakarta, kami pergi ke Kali Boyong untuk melihat dan mempelajari hasil dari letusan Gunung Merapi.
Oleh karena itu, hal yang melatar belakangi praktikum Geologi ke Karangsambung-Kebumen dan Yogyakarta adalah untuk melihat kejadian geologis pada kurang lebih 160juta tahun yang lalu dan membuktikan perkataan“the present is the key to the past”yang dikemukakan oleh James Hutton.
B.       RumusanMasalah

1.    Apa saja jenis batuan yang terdapat di wilayah Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karang Sambung?
2.    Bagaimana proses terbentuknya batuan-batuan tersebut?
3.    Bagaimana klasifikasi batuan tersebut?
4.    Apa saja mineral-mineral yang terkandung dalam setiap jenis batuan?
5.    Bagaimana struktur dari setiap batuan?
6.    Bagaimana warna yang ditunjukkan dari setiap jenis batuan?
7.    Bagaimana tingkat kekerasan dari setiap jenis batuan?
8.    Bagaimana reaksi batuan ketika diberikan dikator (HCl) sebagai penunjuk mineral yang dikandungnya?
9.    Bagaimana hasil erupsi dari gunung Merapi di Sungai Boyong?
10.                        Bagaimana ekosistem di pantai Glagah, Kulonprogo?

C.      Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini mempunyai beberapa tujuan yang penting yang secara spesifik adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui jenis batuan dan singkapan yang terdapat di wilayah Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karang Sambung
2.      Untuk mengetahui proses terbentuknya batuan-batuan
3.      Untuk mengidentifikasi sifat fisik batuan
4.      Untuk mengetahui kejadian yang terjadi pada kurang lebih 160 juta tahun yang lalu
5.      Untuk mengetahui hasil erupsi dari gunung Merapi di Sungai Boyong, Yogyakarta
6.      Untuk mengetahui ekosistem di sekitar pantai Glagah, Kulonprogo

D.      Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum Geologi ini adalah sebagai berikut.
1.        Dapat menambah pengetahuan mengenai materi kuliah Geologi di lapangan dan langsung mempraktekannya.
2.        Menambah keterampilan dalam pembuatan laporan penelitian
3.        Dapat memahami berbagai jenis batuan dan singkapan
4.        Dapat mengetahui jenis-jenis batuan
5.        Mampu mengidentifikasi sifat fisik batuan
6.        Meningkatkan kualitas pendidikan dan tangung jawab di lapangan
7.        Mengetahui hasil erupsi dari gunung Merapi di sungai Boyong, Yogyakarta
8.        Mengetahui ekosistem di sekitar pantai Glagah
E.       Sistematika Penulisan
Laporan praktikum ini terdiri dari 5 bab, pertama bab 1 yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. Bab 2 mengenai Tinjauan Pustaka. Bab 3 metode praktikum. Bab 4 hasil dan analisis. Bab 5 penutup.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  FALSAFAH DASAR GEOLOGI
Pada hakikatnya , proses penghidupan di muka bumi ini terjadi atas kehendak yang Maha Kuasa Allah SWT. Bagaimana Ia menciptakan alam semesta ini untuk dihuni oleh makhluk-Nya. Seiring berjalannya waktu, para ilmuwan pun mampu mengurai dan mendefinisikan alam semesta meskipun tidak berdasar logika. Semua kejadian tersebut mereka sangkut pautkan dengan hal yang ghaib atau tidak rasional. Namun, hal ini sangat berguna demi kepentingan pembelajaran manusia di muka bumi.
Falsafah Dasar Geologi, yaitu mengenai konsep-konsep dasar yang dipergunakan sebagai landasan berpikir secara geologi. Konsep ini bukanlah aksioma sebagai antithesis yang bersifat apriori terhadap pandangan-pandangan lama. Konsep-konsep ini merupakan mata rantai dari pengalaman-pengalaman bersistem, pemikiran, pembuktian, serta pengujian para ahli dalam rentang waktu yang panjang. (Agung Mulyo: 2008)
Adapun falsafah dasar geologi secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.:
1.      Katastrophisma dan Uniformitarianisma
Menurut teori katastrophisma, selama 40.000 tahun terakhir, di bumi telah terjadi empat kali peristiwa malapetaka yang masing-masing menyebabkan kepunahan fauna yang ada dan kemudian tercipta fauna yang baru. Karena umur manusia pendek, kejadian itu hampir tidak dapat disaksikan oleh manusia. Konon, peristiwa malapetaka terakhir, yaitu saat banjir besar yang terjadi pada masa Nabi Nuh. (Baron Georges Cuvier: 1810)
Adapun uniformitarianisma menyatakan bahwa kejadian actual yang terjadi sekarang ini, berlangsung pula secara tetap pada masa yang lalu. Dengan demikian, pembentukan batuan dan aktivitas geologi lainnya yang tengah berlangsung sekarang pernah juga terjadi di saat yang lampau dengan proses yang serupa (seragam). Proses dalam bumi terjadi secara berulang-ulang, sehingga muncullah dictum the present is the key to the past. (J. Hutton: 1785)
Dapat disimpulkan, bahwa katastrophisma adalah kejadian malapetaka yang terjadi di muka bumi dan berlangsung secara cepat (revolusi). Sedangkan uniformitarianisma adalah kejadian masa lampau dengan proses yang sama dan berlangsung secara berangsur-angsur (evolusi), prosesnya dari dulu sampai sekarang, proses fisik dan kimia di alam sama berdasarkan waktu. Adapun keterpaduan antara keduanya dapat meenghasilkan konsep yang sangat bermakna yakni “the present is the key to the past/kejadian hari ini adalah kunci masa lalu”. Tiga pertanyaan di atas adalah prinsip geologi yang diakui sampai sekarang.
2.      Hukum Super Posisi
Proses sedimentasi pada suatu cekungan pengendapan berlangsung secara berangsur, selapis demi selapis. Semula lapisan atau setumpuk lapisan yang terletak di bawahnya diendapkan lebih dahulu daripada lapisan yang ada di atasnya.
Berdasarkan proses di atas, Nicolaus Steno (1638-1687) pada tahun 1669 membuat suatu rumusan yang dinamakan azas superposisi, yaitu bahwa lapisan batuan yang di bawah lebih tua umurnya dibandingkan dengan lapisan yang terdapat di atasnya.
Gambar 2.1

3.      Hukum Datar Asal
 Di alam, air yang bermuatan partikel halus dan kasar pada suatu saat dan tempat tertentu akan mengendapkan muatan tersebut dengan bantuan gaya berat, kimia, organisme atau kombinasi antara faktor-faktor tersebut. Endapan yang terbentuk merupakan endapan sedimen yang secara umum posisinya datar (horizontal) atau sejajar dengan permukaan air, (kecuali pada endapan yang simpang siur/cross lamination).
Dapat dirumuskan suatu hokum datar asal yang menyatakan bahwa pada mulanya, endapan-endapan sedimen dalam air terdiri atas perlapisan yang kedudukannya hampir mendatar atau sejajar dengan bentuk permukaan dasar cekungannya.
                  Gambar 2.2
4.      Original Continue (Kemenerusan/Kesinambungan)
Selama proses pengendapan akan mengikuti cekungan sedimen sendiri dengan tidak terbatas.
         Gambar 2.


5.      Law of Cross-cutting Relationship (Hukum pemotongan silang)
Menyatakan, bahwa umur batuan yang menerobos (memotong) lebih muda dari segala massa batuanyang diterobosnya (dipotongnya).
Gambar 2.4
6.      Hukum Inklusi
Menyatakan, bahwa batuan inklusi lebih tua umurnya daripada batuan yang menginklusi.
Gambar 2.5




7.      Hukum Seleksi Fauna/Pergantian
Untuk menentukannya dicari rentang waktu yang paling pendek.
Gambar 2.6
8.      Keselarasan/Ketidak Selarasan

Gambar 2.7             Selaras

Gambar 2.8 Tidak Selaras

9.      Korelasi
Yaitu menghubungkan tempat-tempat yang berjauhan. Dapat digunakan dua cara, yaitu:
a.       Berdasar ciri kumpulan fosil
b.      Berdasar ciri fisik batuan

B.     DINAMIKA UNSUR-UNSUR GEOSFER
Gambar 2.9

PELAPUKAN
Dalam perjalanan sejarahnya, bentuk permukaan bumi terus mengalami perubahan. Pada dasrnya perubahan tersebut dipengaruhi oleh 2 kekuatan yaitu gaya eksogen/bersifat merusak dan gaya endogen/bersifat membangun. Gaya eksogen mempunyai aktifitas meratakan permukaan bumi.
Sebagai contoh gaya eksogen yaitu terjadinya pelapukan. Pelapukan merupakan proses perusakan dan penghancuran batuan penyusun kerak bumi.


Macam-macam pelapukan:
Gambar 2.10
1.      Pelapukan fisik/ mekanik
Pelapukan ini disebut sebagai proses disintegras batuan. Pelapukan ini hanya terjadi perubahan bentuk, tanpa terjadi perubahan susunan kimiawinya. Pelapukan ini terjdi karena adanya perubahan temperatur, pemanasan langsung dari matahari, perubaghan air menjadi es, bekunua air tanah dala pori-pori tanah, dan mengkristalnya air garam.
Batuan akan memuai jika kena panas dan menyusut jika kena dingin. Perbedaan temperatur antara malam hari dan siang hari akan menyebabkan rapuhnya ikatan antar mineral butiran penyusun batuan.
Batuan yang tersusun dari mineral yang berwarna warni akan lebih cepat lapuk dibanding batuan yang tersusun atas mineral tunggal. Mineral yang berwarna gelap akan lebih cepat panas dibanding warna lain. Sehingga pada mineral yang gelap akan terjadi pengembangan volume ang lebih cepat dibandingkan mineral lain. Akibat perbedaan pemuaian, bidang batas antara mineral penyusun batuan akan retak dan jika hal tersebut terjadi terus menerus maka akan pecah.
2.  Pelapukan kimiawi
Gambar 2.11
Pelapukan ini disebut sebagai proses dekomposisi batuan. Pelapukan ini tidak hanya terjadi perubahan bentuk, tetapi juga terjadi perubahan susunan kimiawinya.
Pada daerah kapur, air hujan yang jatuh disamping membentuk aliran permukaan sebagian lagi juga meresap memasuki celah-celah yang terdapat pada batuan kapur. Batuan kapur mudah terlarut oleh air yang mengandung CO . Pelarutan yang berlangsung secara terus menerus akan terbentuk jaringan rekahan sehingga akan terbentuk aliran bawah tanah. Air hujan lenyap di dalam ponor-ponor yaitu lubang di permukaan batuan kapur yang di dalamnya air hujan dapat mengalir. Selian itu juga dapat terbentuk dolina (akibat aktivitas pelarutan, sehingga di daerah kapur terdapat lekukan pada batuan. Perembesan air hujan yang melarutkan dinding diaklas tegak yang semakin lama bertambah lebar). Pada langit-langit kapur biasanya terdapat rembesan air yang mengandung larutan kapur melalui retakan halus dan kemudian menetes dan jatuh ke dasar gua. Karena air menguap, maka yang tertinggal adalah kristal-kristal kalsit yang menggantung pada langit-langit gua. Fenomena ini disebut stalaktit. Pada stalaktit terdapat pipa di dalamnya. Air yang jatuh pada dasar gua akan menguap juga, akibatnya terbentuklah kristal-kristal kalsit dengan bentuk seperti tongkat yang mencuat dari dasar gua dan disebut dengan stalakmit. Stalaktit dan stalakmit yang terus tumbuh akan membentuk tiang-tiang dalam gua kapur.
  
3.    Pelapukan organik

Kehadiran mikroorganisme dapat mengakibatkan raksi kimia berlangsung secara intensif. Cendawan dan lumut yang tumbuh di permukaan batuan akan menyerap bahan-bahan makanan dari batuan tersebut dan menghancurkannya sedikit demi sedikit.
Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan di bawah lapisan tanah dapat menyebabkan terjadinya retakan. Binatang kecil seperti tikus, semut, cacing dan rayap akan membuat lubang pada batuan sebagai tempat tinggalnya. Akibatnya batuan yang semula kompak dan keras dapat hancur.
PENGENDAPAN
Gambar 2.12

PENGENDAPAN/SEDIMENTASI
PENGENDAPAN merupakan suatu proses terendapnya material hasil pengikisan dan diendapkan di suatu tempat (setelah menempuh jarak tertentu/tenaga erosi semakin berkurang).
Pembagian sedimentasi berdasarkan tenaga alam pengangkutnya:
·           Sedimen akuatis/air
·           Sedimen aeolis/aeris/angin
·            Sedimen marine/air laut
·            Sedimen glasial/gletser atau es
Pembagian sedimentasi berdasarkan tempat pengendapan:
Gambar 2.13
·           Sedimen fluvial/di sungai
·           Sedimen terestris/di darat
·            Sedimen limnis/di danau atau rawa
·            Sedimen glasial/ di daerah es













BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
1.      Lokasi
Praktikum ini dilaksanakan di sekitar kawasan Karang Sambung, Kecamatan Karang Sambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Yang mana di daerah tersebut merupakan tempat adanya singkapan-singkapan batuan yang merupakan monumen sejarah pulau jawa pada khususnya, Indonesia dan benua Asia pada umumnya yang bernilai langka dan unik.
2.      Waktu Pelaksanaan
Praktikum Geologi ini di laksanakan mulai hari Jum’at sampai hari Senin pagi, tanggal 13-16 Desember 2013. Pemberangkatan dari Bandung pada hari Jum’at pukul 17.00 WIB dan sampai tepat di Kampus LIPI Karang Sambung pada hari Sabtu pukul 03.30 WIB. Kemudian, penelitian lapangan dilaksanakan tanggal 14 Desember 2013. Kami melakukan pemberangkatan pada pukul 07.00 WIB., menuju daerah Kebumen, tepatnya di daerah Karang Sambung. Kelompok di bagi menjadi 4 kelompok besar dan melakukan penelitian secara per pos mengunjungi beberapa singkapan dengan didmpingi seorang  guide (pemandu) pada masing-masing kelompok dengan menggunakan jasa transportasi elf.

Lalu penelitian dilanjutkan pada hari Minggu 15 Desember 2013 yakni ke Yogyakarta. Lokasi yang pertama kami kunjungi yaitu Gunung Merapi dan di lanjutkan ke Pantai Glagah Yogyakarta.
Tepat pukul 15.30 WIB kami kkembali ke Bandung dan sampai di Kampus UPI pada hari Senin pukul 04.30 WIB.
B.     Objek yang Diteliti
Objek yang kami teliti selama praktikum yaitu mengenai singkapan-singkapan batuan yang ada di Karang Sambung, mengenal jenis-jenis batuan dan proses terjadinya serta mineral yang dikandung oleh masing-masing batuan, mengamati morfologi (bentukan muka bumi) yang terdapat di Karang Sambung.  Mengamati secara langsung lokasi letusan Gunung Merapi dan mengenal proses pembentukan Pantai Glagah Yogyakarta.
C.    Metode Pengamatan
Untuk mengetahui berbagai jenis batuan yang ada di lokasi Karang Sambung kami menggunakan metode pengamatan langsung ke lokasi dengan bantuan guide dari pihak kampus LIPI. Track pengamatan kami di atur oleh pihak kampus dengan 1 orang guide membimbing 1 kelompok. Di lokasi diadakan tanya jawab antara peserta dengan guide tentang batuan yang ada di objek tersebut.
D.    Alat dan Bahan Praktikum
Untuk mempermudah melakukan penelitian, maka kami menggunakan beberapa alat dan bahaan yang diperlukan, diantaranya.
1.         Kompas
2.         Buku Catatan
3.         HCl
4.         GPS











BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

A.    Sejarah Balai Kampus LIPI
Pada mulanya, Balai Kampus LIPI didirikan oleh seorang peneliti Belanda bernama Jung Huhn (1854-1933). Beliau adalah pencetus iklim yang didasarkan atas vegetasi dan ketinggian tempat. Iklim ini sangat cocok bila digunakan di negara Indonesia. Untuk itulah beliau lama menetap di Indonesia. Seiring berjalannya waktu dan bervariasinya objek yang ada di Indonesia baik itu berkaitan dengan cuaca, iklim maupun bentukan muka bumi serta batuannya, maka beliau mendirikan Kampus LIPI Karang Sambung.
Kampus LIPI pun mengalami perkembangan pada tahun 1964. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Sukendar Asikin, kampus LIPI bekerjasama dengan Montana Indiana University dengan mengadakan Kampus Lapangan Geologi yang terinspirasi oleh Rocky Mountain. Hal ini dilakukan agar mempermudah proses pengenalan fenomena geologi di Karang Sambung. Maka pada saat itu pihak LIPI dan DURENAS merealisasikan kampus lapangan geologi tersebut.
Pada tahun 1987 kampus LIPI mengadakan UPT LAGK dan memiliki karyawan 24. Pada tahun 1993-1998 kampus LIPI mengadakan perluasan.
Pada tahun 2002 - sekarang, kampus LIPI semakin terlihat perkembangannya. Kampus LIPI mendirikan UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karang Sambung. Hingga kini, kampus LIPI di kepalai oleh Ir. Yugo Kumoro (2011 - sekarang) dan memiliki 51 karyawan di dalamnya 10 orang peneliti.
Adapun kawasan Cagar Alam Geologi Karang Sambung ditetapkan oleh, KepMen ESDM No: 2817 K/40/MEM/2006 pada tanggal 10 November 2006. Dengan luas 22.150 Ha. Dan meliputi tiga kabupaten yakni Kabupaten Kebumen, Wonosobo dan Banjarnegara.

B.     Kunjungan Setiap Lokasi di Karangsambung
1.         Lokasi ke-1
Lokasi pertama yang dikunjungi oleh kelompok kami terletak di daerah Gunung Parang, Desa Karang Sambung. Ke arah utara dan 3 ¼ kilo dari kampus LIPI. Disana terdapat pemukiman penduduk beragam yang menempati tanah wakaf. Disana terdapat batuan beku diabas (intrusi) yang berwarna abu-abu. Warna abu-abu menunjukkan batu diabas ini termasuk intermedier (antara mafic dan felsic). Adapun yang berwarna coklat menunjukkan batuan yang sudah tua atau lama.  Batuan diabas ini mengandung dua mineral yaitu mineral piroksen yang berwarna hitam dan mineral plagioklas yang berwarna putih. Berdasarkan Skala Mohs, batu diabas ini memiliki kekerasan 4-5 Skala Mohs.
Disana juga terdapat struktur kekar tiang (Colomner Join) yang diakibatkan oleh kontraksi batuan di sekitarnya.
Struktur ini berbentuk diagoanal segitiga dan terdapat batuan terobosan (batu lempung yang diterobos oleh magma sehingga menghasilkan Columner Join).
Gambar 4.1

2.         Lokasi ke-2
Lokasi kedua yang dikunjungi oleh kelompok kami terletak di Muara Sungai Kalimandala, Desa Karang Sambung. Sebelah utara dan 1 kilo dari kampus LIPI. Sungai Kalimandala terbentuk oleh pertemuan dua lempeng yakni lempeng Samudera dan lempeng Benua. Lempeng ini berjalan antara 5-12 cm per tahunnya yang dijalankan oleh arus konveksi.  Disana didominasi oleh batuan beku basaltis yang berstruktur fillow lava. Struktur fillow lava terjadi karena adanya magma yang membeku secara spontanitas sehingga terbentuk bulat-bulat dan terbreksi. Struktur fillow lava  juga terbentuk dari pengaruh air laut.
Secara umum terdapat empat jenis batuan di sekitar sungai Kalimandala, yaitu.:
a.         Batuan Basal (fillow lava) yang berwarna merah (mengandung Fe)
b.         Jasper/Rizang (yang terangkat dari lempeng benua)
c.    Batu Filit (Batuan sedimen palung laut)
d.        Breksi Sesar (akibat dua bidang yang saling bergesekan)

3.         Lokasi ke-3
Lokasi ketiga yang dikunjungi oleh kelompok kami terletak di Kali Lokulo, Desa Wonosobo, Kecamatan Karang Ayam. Sungai Lokulo ini adalah sungai terbesar yang ada di Kebumen dan sekaligus batas kecamatan antara kecamatan Karang Sambung dan kecamatan Karang Ayam.
Disana terdapat singkapan batu filit/sabak. Batua filit termasuk batu metamorf yang terbentuk dipengaruhi oleh tekanan (pressure) dan datuan ini berfoliasi atau adanya penjajaran mineral. Foliasi ini seharusnya  berbentuk horizontal. Namun, karena dipengaruhi oleh gaya tektonik sehingga berbentuk vertical.
Tidak hanya batu filit, di lokasi ketiga ini terdapat banyak singkapan batuan dari mulai batuan beku, sedimen dan metamorf. Untuk itu, kami diberi kesempatan untuk mencari dan mengambil sampel batuan utnuk dibawa ke rumah, agar kelak kita masih mengingat jenis batuan dan namanya.

Batuan filit
Batuan sabak


4.         Lokasi ke-4
Lokasi keempat yang dikunjungi oleh kelompok kami terletak di Desa Totogan, Kecamatan Karang Sambung. Terletak 3 kilometer dari kampus LIPI. Disana kami melihat dan mengenal bentuk roman muka bumi yang terdapat di Karang Sambung. Diantaranya, terdapat dataran alluvial/lembah, pemukiman yang berjejer di sekitar satuan pegunungan bukit, dan beberapa puncak gunung.
Di lokasi tersebut, dikelilikngi oleh beberapa gunung, diantaranya Gunung Cilekeb yang didominasi oleh batuan metamorf sarpentinit, Gunung Igir Pemantung yang didominasi oleh batuan sedimen greawake dan Gunung Glewang yang didominasi oleh batuan metamorf amphibol dan skeis.
Batuan skeis

5.         Lokasi ke-5
Lokasi kelima yang dikunjungi oleh kelompok kami terletak di Desa Pucangan, Kecamatan Sadang. Terletak 7 kilometer dari kampus LIPI. Disana terdapat batuan metamorf sarpentinit yang menyusun lantai Samudera. Batu sarpentinit terbentuk karena ubahan dari batuan beku basa yang dipengaruhi oleh tekanan dan suhu yang tinggi. Dinamakan sarpentinit, karena didominasi oleh mineral sarpentin yang berwarna hijau. Batuan ini memiliki kekerasan yang sama dengan batu asbak yakni 2 menurut Skala Mohs. Dalam batuan ini terdapat pecahan yang diakibatkan pada saat magma mengental maka desakan semakin keras sehingga terdapat retakan/pecahan.

6.         Lokasi ke-6
Lokasi keenam yang dikunjungi oleh kelompok kami terletak di Kali Brengkok, Desa Candrakulo. Terletak 11 kilometer dari kampus LIPI. Disana terdapat singkapan batuan metamorf skeismika yakni ubahan dari pasir kuarsa. Terbentuk dari lempeng Benua yang masuk ke lempeng Samudera. Batuan ini berstruktur foliasi (berserat) karena tekanan (pressure). Terdapat warna putih dalam batuan ini karena mengandung mineral mika. Batuan ini adalah batuan tertua di pulau Jawa yang umurnya 21 juta tahun yang lalu.

Batuan skesmika


7.         Lokasi ke-7
Lokasi ketujuh yang dikunjungi oleh kelompok kami terletak di Kali Muncar, Desa Sebono, Kecamatan Sadang. Terletak 8 kilometer dari kampus LIPI. Sungai Kali Muncar adalah anak dari Sungai Lokulo.
Disana terdapat singkapan batuan sedimen rizang yang tidak ada di mana pun. Batu ini terbentuk karena pemekaran tengah Samudera. Batu rizang ini berwarna merah ati karena mengandung Fe. Batu rizang selang seling dengan lempung merah gampingan diendapkan di dasar Samudera dengan kedalaman 4000-6000 meter. Di dalam batu rizang ini terdapat fosil radiolaria yang berukuran 0,01 mm. Batu ini memiliki kekerasan 7 berdasarkan Skala Mohs.
Batuan rizang

8.         Lokasi Ke-8
Lokasi kedelapan yang dikunjungi oleh kelompok kami yaitu terletak di depan kampus LIPI. Disana terdapat bongkahan sedimen organic yakni cangkang fosil foraminitera numurites yang diendapkan di laut dangkal dengan kedalaman 50-100 meter. Fosil ini mengandung unsur Kalsium Karbonat yang jika ditetesi oleh HCl akan bereaksi. Fosil ini terbentuk sekitar 36-52 juta tahunyang lalu.
Batuan fosil


9.         Lokasi ke-9
Lokasi kesembilan yang dikunjungi oleh kelompok kami yaitu terletak di dekat kampus LIPI. Hanya membutuhkan waktu sebentar dengan berjalan kaki maka sampailah di lokasi ke-9. Disana terdapat bongkahan sedimen klastik konglomerat yang terdiri dari fragmen bebatuan. Batu ini mengandung mineral kuarsit yang berwarna putih dan memiliki ukuran > 2 mm. Konglomerat ini diikat oleh pasir yang dinamakan perekat silica. Batu ini memiliki kekerasan 5-6 berdasarkan Skala Mohs.
Batuan konglomerat
10.     Lokasi ke-10
Lokasi kesepuluh terletak di kampus LIPI yakni kami mengunjungi bengkel Geologi. Disana terdapat banyak sampel batuan yang sudah di modifikasi sedemikian rupa. Dari mulai batuan beku, sedimen dan metamorf. Batuan itu di ambil dari lokasi Karang Sambung yang memiliki ragam batuan.
 Dari batuan tersebut dibuat sekreatif mungkin seperti kalung, bros, cincin dan ornamen sehingga memiliki harga jual yang sangat tinggi.


11.     Lokasi ke-11
Lokasi kesepuluh terletak di kampus LIPI yakni kami mengunjungi Museum Geologi.


C.    Kunjungan ke Gunung Merapi
Setelah selesai melakukan penelitian di Karang Sambung, esok paginya kami melanjutkan pengamatan ke Sungai Boyong, yaitu sebuah sungai yang terjadi akibat dari hasil erupsi letusan gunung Merapi. Lokasi ini terletak ±20km dari puncak Gunung Merapi. Di sungai ini masih banyak hasil erupsi yang tertibun berupa pasir dan batu. Warga sekitar banyak yang memanfaatkan hasil erupsi ini dengan mengangkutnya sehingga menghasilkan nilai ekonomi. Di sungai ini juga di bangun Sabo yaitu,  sebuah bangunan untuk mengendalikan aliran sungai. Sabo ini berasal dari bahasa jepang. Tipe  Gunung Merapi saat meletus yaitu tipe strombolian dan eksposit.





D.    Kunjungan ke Pantai Glagah
Lokasi terakhir yang kami kunjungi adalah Pantai Glagah, yang terletak di Kulon Progo. Di pantai ini kita dapat menjelaskan tentang ekosistem  yang ada di pantai, diantaranya:
1.         Ekosistem berbatu
2.         Ekosistem berpasir, rumput – rumput lari
3.         Ekositem berlumpur, mangrove (bakau)
Di pantai ini juga ada teknologi pemecah gelombang (briker) yang merupakan rekayasa teknik. Pemecah gelombang ini di simpan di pinggir pantai agar menjadi dermaga untuk kapal – kapal.  Pasir di pantai ini adalah lapukan dsari batu andesit karena warnanya berwarna abu – abu gelap.
Di pantai ini juga terdapat pasir yang unik yaitu Iron Sand  atau Pasir Besi, pasir ini berasal dari batu yang menggandung besi biasanya Limonit dan Hematit sebagai bahan baja, semen, logam.




E.     Perjalanan Pulang
Perjalanan pulang dari pantai glagah kita dapat melihat beberapa vegetasi yang menhiasi sepanjang perjalanan yaitu,
1.         Pohon kelapa
2.         Perkebunan jagung
3.         Perkebunan semangka
4.         Perkebunan cabai rawit
5.         Perkebunan terong
6.         Perkebunan paria
7.         Perkebunan sistem tumpang
a)      Perkebunan jagung dan pepaya
b)      Perkebunan cabai dan pepaya


BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan                                                                                             Penelitian ini maka peneliti telah berhasil mengintegrasikan beberapa teori yang diperoleh yang berhubungan dengan mata kuliah geologi dengan keadaan nyata di lapangan,diantara pembuktian yang dapat diambil dari jalannya penelitian ini adalah bukti analisis data yang menyimpulkan bahwa batuan akan memuai jika kena panas dan menyusut jika kena dingin. batuan yang tersusun dari mineral yang berwarna warni akan lebih cepat lapuk dibanding batuan yang tersusun atas mineral tunggal. Mineral yang berwarna gelap akan lebih cepat panas dibanding warna lain. Batuan memiliki struktur dan tekstur yang berbeda,mempunyai ketebalan yang berbeda,proses terjadinya batuan dan penamaannya pun berbeda.
B.     Saran 
Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Jalannya penelitian harus benar-benar matang dan terencana sebelumnya serta berjalan sesuai prosedur
  2. Peserta penelitian harus lebih bersungguh-sungguh dalam melakukan praktek penelitian di lapangan
  3. Sebagai manusia kita harus mengkaji setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita supaya tumbuh kesadaran  kekuasaan Tuhan sehingga tumbuh kepedulian untuk menjaganya.





DAFTAR PUSTAKA

Mulyo, Agung. 2008. “Pengantar Ilmu Kebumian”. Bandung: Pustaka Setia.
exonn.blogspot.com/2009/11/pelapukan.html



Tidak ada komentar :

Posting Komentar