[Enter Post Title
Here]
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
Geologi di Karangsambung-Kebumen dan Yogyakarta ini dengan segala pengetahuan
dan kemampuan yang kami miliki. Kami berterima kasih pada Bapak Ir. Yakub Malik
selaku dosen mata kuliah Geologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami
sangat berharap laporan praktikum ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai konsep geologi. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh
dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga
laporan praktikum Geologi di Karangsambung-Kebumen dan Yogyakarta ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Bandung, Desember 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................
1
DAFTAR ISI
........................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ........................................................................................
3
B.
Rumusan Masalah
...................................................................................
4
C.
Tujuan
......................................................................................................
4
D.
Manfaat
....................................................................................................
5
E.
Sistematika Penulisan
............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Falsafah Dasar
Geologi...........................................................................
6
B.
Dinamika Unsur-unsur
Geosfer............................................................ 11
BAB III METODE PRAKTIKUM
A.
Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan............................................................ 16
B.
Objek yang
Diteliti..................................................................................
16
C.
Metode
Pengamatan...............................................................................
17
D.
Alat dan Bahan
Praktikum................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
A.
Sejarah Balai Kampus
LIPI................................................................. 18
B.
Kunjungan Setiap Lokasi di
Karangsambung................................... 19
C.
Kunjungan ke Gunung Merapi............................................................
25
D.
Kunjungan ke Pantai
Glagah............................................................... 25
E.
Perjalanan
Pulang..................................................................................
26
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................................
27
B. Saran ......................................................................................................
27
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................
28
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Geologi
berasal dari kata Yunani. Geo yang
berarti bumi, dan kata Logos yang
berarti ilmu/kajian. Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi, komposisi,
struktur, sifat-sifat
fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
Kajian
ilmu Geologi yaitu Litosfer. Litosfer adalah lapisan bagian luar bumi, bersifat
keras dan disebut kerak bumi. Para geology menentukan umur bumi yang
diperkirakan sekitar 4.5 miliar (4.5x109) tahun dan menentukan bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak
di atas mantel yang setengah
cair (astenosfir) melalui
proses yang sering disebut tektonik lempeng.
Ada
banyak batuan yang tersebar di kerak bumi, dimana batuan merupakan
kumpulan-kumpulan dari mineral-mineral yang sudah dalam keadaan membeku/keras.
Batuan tersebut harus melewati siklus, dimana asal batuan yaitu magma hingga ia
mengalami proses panjang hingga meleleh kembali menjadi magma.
Dalam
pembelajaran Geologi tentunya tidak cukup jika hanya mengandalkan teori saja,
harus dengan praktek. Hal ini bertujuan untuk lebih memahami ilmu tersebut
secara mendalam. Tujuan kami praktikum Geologi ke Karangsambung, Kebumen dan Yogyakarta
yaitu untuk memahami ilmu Geologi secara mendalam dengan cara mengenal lebih
banyak batuan-batuan yang ada di Karangsambung, melihat dan memperlajari
berbagai singkapan batuan dan morfologi yang ada di sana. Sedangkan di
Yogyakarta, kami pergi ke Kali Boyong untuk melihat dan mempelajari hasil dari
letusan Gunung Merapi.
Oleh
karena itu, hal yang melatar belakangi praktikum Geologi ke
Karangsambung-Kebumen dan Yogyakarta adalah untuk melihat kejadian geologis
pada kurang lebih 160juta tahun yang lalu dan membuktikan perkataan“the present is the key to the past”yang
dikemukakan oleh James Hutton.
B.
RumusanMasalah
1.
Apa saja jenis batuan
yang terdapat di wilayah Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karang Sambung?
2.
Bagaimana
proses terbentuknya batuan-batuan tersebut?
3.
Bagaimana klasifikasi batuan tersebut?
4.
Apa saja
mineral-mineral yang terkandung dalam setiap jenis batuan?
5.
Bagaimana struktur dari setiap batuan?
6.
Bagaimana warna
yang ditunjukkan dari setiap jenis batuan?
7.
Bagaimana tingkat kekerasan dari setiap jenis batuan?
8.
Bagaimana reaksi batuan ketika diberikan dikator
(HCl) sebagai penunjuk mineral yang dikandungnya?
9.
Bagaimana hasil erupsi dari gunung Merapi
di Sungai Boyong?
10.
Bagaimana ekosistem
di pantai Glagah, Kulonprogo?
C.
Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini mempunyai
beberapa tujuan yang penting yang secara spesifik adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui jenis batuan dan singkapan yang
terdapat di wilayah Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karang Sambung
2.
Untuk mengetahui
proses terbentuknya batuan-batuan
3.
Untuk mengidentifikasi sifat fisik batuan
4.
Untuk mengetahui kejadian yang terjadi pada kurang lebih 160 juta tahun yang lalu
5.
Untuk mengetahui hasil erupsi dari gunung Merapi di Sungai Boyong,
Yogyakarta
6.
Untuk mengetahui ekosistem di sekitar pantai Glagah, Kulonprogo
D.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari praktikum Geologi ini
adalah sebagai berikut.
1.
Dapat menambah pengetahuan mengenai materi kuliah Geologi
di lapangan dan langsung mempraktekannya.
2.
Menambah keterampilan dalam pembuatan laporan penelitian
3.
Dapat memahami
berbagai jenis batuan dan singkapan
4.
Dapat
mengetahui jenis-jenis batuan
5.
Mampu
mengidentifikasi sifat fisik batuan
6.
Meningkatkan kualitas pendidikan dan tangung jawab di
lapangan
7.
Mengetahui hasil erupsi dari gunung Merapi di sungai
Boyong, Yogyakarta
8.
Mengetahui ekosistem di sekitar pantai Glagah
E.
Sistematika Penulisan
Laporan praktikum ini terdiri dari 5 bab, pertama bab 1 yaitu pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat, dan sistematika penulisan. Bab 2 mengenai Tinjauan Pustaka. Bab 3 metode praktikum. Bab 4
hasil dan analisis. Bab 5 penutup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
FALSAFAH DASAR
GEOLOGI
Pada hakikatnya , proses penghidupan
di muka bumi ini terjadi atas kehendak yang Maha Kuasa Allah SWT. Bagaimana Ia
menciptakan alam semesta ini untuk dihuni oleh makhluk-Nya. Seiring berjalannya
waktu, para ilmuwan pun mampu mengurai dan mendefinisikan alam semesta meskipun
tidak berdasar logika. Semua kejadian tersebut mereka sangkut pautkan dengan
hal yang ghaib atau tidak rasional. Namun, hal ini sangat berguna demi
kepentingan pembelajaran manusia di muka bumi.
Falsafah Dasar Geologi, yaitu
mengenai konsep-konsep dasar yang dipergunakan sebagai landasan berpikir secara
geologi. Konsep ini bukanlah aksioma sebagai antithesis yang bersifat apriori
terhadap pandangan-pandangan lama. Konsep-konsep ini merupakan mata rantai dari
pengalaman-pengalaman bersistem, pemikiran, pembuktian, serta pengujian para
ahli dalam rentang waktu yang panjang. (Agung Mulyo: 2008)
Adapun falsafah dasar geologi secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.:
1.
Katastrophisma
dan Uniformitarianisma
Menurut teori katastrophisma, selama
40.000 tahun terakhir, di bumi telah terjadi empat kali peristiwa malapetaka
yang masing-masing menyebabkan kepunahan fauna yang ada dan kemudian tercipta
fauna yang baru. Karena umur manusia pendek, kejadian itu hampir tidak dapat
disaksikan oleh manusia. Konon, peristiwa malapetaka terakhir, yaitu saat
banjir besar yang terjadi pada masa Nabi Nuh. (Baron Georges Cuvier: 1810)
Adapun uniformitarianisma menyatakan
bahwa kejadian actual yang terjadi sekarang ini, berlangsung pula secara tetap
pada masa yang lalu. Dengan demikian, pembentukan batuan dan aktivitas geologi
lainnya yang tengah berlangsung sekarang pernah juga terjadi di saat yang
lampau dengan proses yang serupa (seragam). Proses dalam bumi terjadi secara
berulang-ulang, sehingga muncullah dictum the present is the key to the
past. (J. Hutton: 1785)
Dapat disimpulkan, bahwa
katastrophisma adalah kejadian malapetaka yang terjadi di muka bumi dan
berlangsung secara cepat (revolusi). Sedangkan uniformitarianisma adalah
kejadian masa lampau dengan proses yang sama dan berlangsung secara
berangsur-angsur (evolusi), prosesnya dari dulu sampai sekarang, proses fisik
dan kimia di alam sama berdasarkan waktu. Adapun keterpaduan antara keduanya
dapat meenghasilkan konsep yang sangat bermakna yakni “the present is the
key to the past/kejadian hari ini adalah kunci masa lalu”. Tiga pertanyaan
di atas adalah prinsip geologi yang diakui sampai sekarang.
2.
Hukum Super
Posisi
Proses sedimentasi pada suatu
cekungan pengendapan berlangsung secara berangsur, selapis demi selapis. Semula
lapisan atau setumpuk lapisan yang terletak di bawahnya diendapkan lebih dahulu
daripada lapisan yang ada di atasnya.
Berdasarkan proses di atas, Nicolaus
Steno (1638-1687) pada tahun 1669 membuat suatu rumusan yang dinamakan azas
superposisi, yaitu bahwa lapisan batuan yang di bawah lebih tua umurnya
dibandingkan dengan lapisan yang terdapat di atasnya.
Gambar 2.1
3.
Hukum Datar
Asal
Di alam, air yang bermuatan partikel halus dan
kasar pada suatu saat dan tempat tertentu akan mengendapkan muatan tersebut
dengan bantuan gaya berat, kimia, organisme atau kombinasi antara faktor-faktor
tersebut. Endapan yang terbentuk merupakan endapan sedimen yang secara umum
posisinya datar (horizontal) atau sejajar dengan permukaan air, (kecuali pada
endapan yang simpang siur/cross lamination).
Dapat dirumuskan suatu hokum datar
asal yang menyatakan bahwa pada mulanya, endapan-endapan sedimen dalam air
terdiri atas perlapisan yang kedudukannya hampir mendatar atau sejajar dengan
bentuk permukaan dasar cekungannya.
Gambar
2.2
4.
Original
Continue (Kemenerusan/Kesinambungan)
Selama proses pengendapan akan
mengikuti cekungan sedimen sendiri dengan tidak terbatas.
Gambar
2.
5.
Law of
Cross-cutting Relationship (Hukum pemotongan silang)
Menyatakan, bahwa umur batuan yang
menerobos (memotong) lebih muda dari segala massa batuanyang diterobosnya
(dipotongnya).
Gambar 2.4
6.
Hukum Inklusi
Menyatakan, bahwa batuan inklusi lebih tua umurnya daripada batuan
yang menginklusi.
Gambar
2.5
7.
Hukum Seleksi
Fauna/Pergantian
Untuk menentukannya dicari rentang waktu yang paling pendek.
Gambar 2.6
8.
Keselarasan/Ketidak
Selarasan
Gambar 2.7 Selaras
Gambar 2.8 Tidak Selaras
9.
Korelasi
Yaitu menghubungkan tempat-tempat yang berjauhan. Dapat digunakan
dua cara, yaitu:
a.
Berdasar ciri
kumpulan fosil
b.
Berdasar ciri
fisik batuan
B.
DINAMIKA
UNSUR-UNSUR GEOSFER
Gambar 2.9
PELAPUKAN
Dalam perjalanan sejarahnya, bentuk permukaan
bumi terus mengalami perubahan. Pada dasrnya perubahan tersebut dipengaruhi
oleh 2 kekuatan yaitu gaya eksogen/bersifat merusak dan gaya endogen/bersifat
membangun. Gaya eksogen mempunyai aktifitas meratakan permukaan bumi.
Sebagai contoh gaya eksogen yaitu
terjadinya pelapukan. Pelapukan merupakan proses perusakan dan penghancuran
batuan penyusun kerak bumi.
Macam-macam pelapukan:
Gambar
2.10
1.
Pelapukan fisik/
mekanik
Pelapukan ini disebut sebagai proses disintegras batuan. Pelapukan
ini hanya terjadi perubahan bentuk, tanpa terjadi perubahan susunan kimiawinya.
Pelapukan ini terjdi karena adanya perubahan temperatur, pemanasan langsung
dari matahari, perubaghan air menjadi es, bekunua air tanah dala pori-pori
tanah, dan mengkristalnya air garam.
Batuan akan memuai jika kena panas dan menyusut jika kena dingin. Perbedaan temperatur antara malam hari dan siang hari akan menyebabkan rapuhnya ikatan antar mineral butiran penyusun batuan.
Batuan akan memuai jika kena panas dan menyusut jika kena dingin. Perbedaan temperatur antara malam hari dan siang hari akan menyebabkan rapuhnya ikatan antar mineral butiran penyusun batuan.
Batuan yang tersusun dari mineral
yang berwarna warni akan lebih cepat lapuk dibanding batuan yang tersusun atas
mineral tunggal. Mineral yang berwarna gelap akan lebih cepat panas dibanding
warna lain. Sehingga pada mineral yang gelap akan terjadi pengembangan volume
ang lebih cepat dibandingkan mineral lain. Akibat perbedaan pemuaian, bidang
batas antara mineral penyusun batuan akan retak dan jika hal tersebut terjadi
terus menerus maka akan pecah.
2. Pelapukan
kimiawi
Gambar 2.11
Pelapukan ini
disebut sebagai proses dekomposisi batuan. Pelapukan ini tidak hanya terjadi
perubahan bentuk, tetapi juga terjadi perubahan susunan kimiawinya.
Pada daerah kapur, air hujan yang jatuh disamping membentuk aliran permukaan sebagian lagi juga meresap memasuki celah-celah yang terdapat pada batuan kapur. Batuan kapur mudah terlarut oleh air yang mengandung CO . Pelarutan yang berlangsung secara terus menerus akan terbentuk jaringan rekahan sehingga akan terbentuk aliran bawah tanah. Air hujan lenyap di dalam ponor-ponor yaitu lubang di permukaan batuan kapur yang di dalamnya air hujan dapat mengalir. Selian itu juga dapat terbentuk dolina (akibat aktivitas pelarutan, sehingga di daerah kapur terdapat lekukan pada batuan. Perembesan air hujan yang melarutkan dinding diaklas tegak yang semakin lama bertambah lebar). Pada langit-langit kapur biasanya terdapat rembesan air yang mengandung larutan kapur melalui retakan halus dan kemudian menetes dan jatuh ke dasar gua. Karena air menguap, maka yang tertinggal adalah kristal-kristal kalsit yang menggantung pada langit-langit gua. Fenomena ini disebut stalaktit. Pada stalaktit terdapat pipa di dalamnya. Air yang jatuh pada dasar gua akan menguap juga, akibatnya terbentuklah kristal-kristal kalsit dengan bentuk seperti tongkat yang mencuat dari dasar gua dan disebut dengan stalakmit. Stalaktit dan stalakmit yang terus tumbuh akan membentuk tiang-tiang dalam gua kapur.
Pada daerah kapur, air hujan yang jatuh disamping membentuk aliran permukaan sebagian lagi juga meresap memasuki celah-celah yang terdapat pada batuan kapur. Batuan kapur mudah terlarut oleh air yang mengandung CO . Pelarutan yang berlangsung secara terus menerus akan terbentuk jaringan rekahan sehingga akan terbentuk aliran bawah tanah. Air hujan lenyap di dalam ponor-ponor yaitu lubang di permukaan batuan kapur yang di dalamnya air hujan dapat mengalir. Selian itu juga dapat terbentuk dolina (akibat aktivitas pelarutan, sehingga di daerah kapur terdapat lekukan pada batuan. Perembesan air hujan yang melarutkan dinding diaklas tegak yang semakin lama bertambah lebar). Pada langit-langit kapur biasanya terdapat rembesan air yang mengandung larutan kapur melalui retakan halus dan kemudian menetes dan jatuh ke dasar gua. Karena air menguap, maka yang tertinggal adalah kristal-kristal kalsit yang menggantung pada langit-langit gua. Fenomena ini disebut stalaktit. Pada stalaktit terdapat pipa di dalamnya. Air yang jatuh pada dasar gua akan menguap juga, akibatnya terbentuklah kristal-kristal kalsit dengan bentuk seperti tongkat yang mencuat dari dasar gua dan disebut dengan stalakmit. Stalaktit dan stalakmit yang terus tumbuh akan membentuk tiang-tiang dalam gua kapur.
3.
Pelapukan
organik
Kehadiran mikroorganisme dapat mengakibatkan raksi kimia berlangsung secara intensif. Cendawan dan lumut yang tumbuh di permukaan batuan akan menyerap bahan-bahan makanan dari batuan tersebut dan menghancurkannya sedikit demi sedikit.
Akar tanaman yang masuk ke dalam batuan di bawah lapisan tanah dapat menyebabkan terjadinya retakan. Binatang kecil seperti tikus, semut, cacing dan rayap akan membuat lubang pada batuan sebagai tempat tinggalnya. Akibatnya batuan yang semula kompak dan keras dapat hancur.
PENGENDAPAN
Gambar 2.12
PENGENDAPAN/SEDIMENTASI
PENGENDAPAN merupakan suatu proses terendapnya material hasil pengikisan dan diendapkan di suatu tempat (setelah menempuh jarak tertentu/tenaga erosi semakin berkurang).
Pembagian sedimentasi berdasarkan tenaga alam pengangkutnya:
·
Sedimen
akuatis/air
·
Sedimen
aeolis/aeris/angin
·
Sedimen marine/air laut
·
Sedimen glasial/gletser atau es
Pembagian sedimentasi berdasarkan
tempat pengendapan:
Gambar 2.13
·
Sedimen
fluvial/di sungai
·
Sedimen
terestris/di darat
·
Sedimen limnis/di danau atau rawa
·
Sedimen glasial/ di daerah es
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Lokasi dan
Waktu Pelaksanaan
1.
Lokasi
Praktikum ini dilaksanakan di sekitar kawasan Karang Sambung,
Kecamatan Karang Sambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Yang mana di daerah
tersebut merupakan tempat adanya singkapan-singkapan batuan yang merupakan
monumen sejarah pulau jawa pada khususnya, Indonesia dan benua Asia pada
umumnya yang bernilai langka dan unik.
2.
Waktu
Pelaksanaan
Praktikum Geologi ini di laksanakan mulai hari Jum’at sampai hari
Senin pagi, tanggal 13-16 Desember 2013. Pemberangkatan dari Bandung pada hari
Jum’at pukul 17.00 WIB dan sampai tepat di Kampus LIPI Karang Sambung pada hari
Sabtu pukul 03.30 WIB. Kemudian, penelitian lapangan dilaksanakan tanggal 14
Desember 2013. Kami melakukan pemberangkatan pada pukul 07.00 WIB., menuju
daerah Kebumen, tepatnya di daerah Karang Sambung. Kelompok di bagi menjadi 4
kelompok besar dan melakukan penelitian secara per pos mengunjungi beberapa
singkapan dengan didmpingi seorang guide
(pemandu) pada masing-masing kelompok dengan menggunakan jasa transportasi elf.
Lalu penelitian dilanjutkan pada hari Minggu 15 Desember 2013 yakni
ke Yogyakarta. Lokasi yang pertama kami kunjungi yaitu Gunung Merapi dan di
lanjutkan ke Pantai Glagah Yogyakarta.
Tepat pukul 15.30 WIB kami kkembali ke Bandung dan sampai di Kampus
UPI pada hari Senin pukul 04.30 WIB.
B.
Objek yang
Diteliti
Objek yang kami teliti selama
praktikum yaitu mengenai singkapan-singkapan batuan yang ada di Karang Sambung,
mengenal jenis-jenis batuan dan proses terjadinya serta mineral yang dikandung
oleh masing-masing batuan, mengamati morfologi (bentukan muka bumi) yang
terdapat di Karang Sambung. Mengamati
secara langsung lokasi letusan Gunung Merapi dan mengenal proses pembentukan
Pantai Glagah Yogyakarta.
C.
Metode
Pengamatan
Untuk mengetahui berbagai jenis
batuan yang ada di lokasi Karang Sambung kami menggunakan metode pengamatan
langsung ke lokasi dengan bantuan guide dari pihak kampus LIPI. Track
pengamatan kami di atur oleh pihak kampus dengan 1 orang guide membimbing 1
kelompok. Di lokasi diadakan tanya jawab antara peserta dengan guide tentang
batuan yang ada di objek tersebut.
D.
Alat dan Bahan
Praktikum
Untuk mempermudah melakukan
penelitian, maka kami menggunakan beberapa alat dan bahaan yang diperlukan,
diantaranya.
1.
Kompas
2.
Buku Catatan
3.
HCl
4.
GPS
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
A.
Sejarah Balai
Kampus LIPI
Pada mulanya, Balai Kampus LIPI
didirikan oleh seorang peneliti Belanda bernama Jung Huhn (1854-1933). Beliau
adalah pencetus iklim yang didasarkan atas vegetasi dan ketinggian tempat.
Iklim ini sangat cocok bila digunakan di negara Indonesia. Untuk itulah beliau
lama menetap di Indonesia. Seiring berjalannya waktu dan bervariasinya objek
yang ada di Indonesia baik itu berkaitan dengan cuaca, iklim maupun bentukan
muka bumi serta batuannya, maka beliau mendirikan Kampus LIPI Karang Sambung.
Kampus LIPI pun mengalami
perkembangan pada tahun 1964. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Sukendar Asikin,
kampus LIPI bekerjasama dengan Montana Indiana University dengan mengadakan
Kampus Lapangan Geologi yang terinspirasi oleh Rocky Mountain. Hal ini dilakukan
agar mempermudah proses pengenalan fenomena geologi di Karang Sambung. Maka
pada saat itu pihak LIPI dan DURENAS merealisasikan kampus lapangan geologi
tersebut.
Pada tahun 1987 kampus LIPI
mengadakan UPT LAGK dan memiliki karyawan 24. Pada tahun 1993-1998 kampus LIPI
mengadakan perluasan.
Pada tahun 2002 - sekarang, kampus
LIPI semakin terlihat perkembangannya. Kampus LIPI mendirikan UPT Balai
Informasi dan Konservasi Kebumian Karang Sambung. Hingga kini, kampus LIPI di
kepalai oleh Ir. Yugo Kumoro (2011 - sekarang) dan memiliki 51 karyawan di
dalamnya 10 orang peneliti.
Adapun kawasan Cagar Alam Geologi
Karang Sambung ditetapkan oleh, KepMen ESDM No: 2817 K/40/MEM/2006 pada tanggal
10 November 2006. Dengan luas 22.150 Ha. Dan meliputi tiga kabupaten yakni
Kabupaten Kebumen, Wonosobo dan Banjarnegara.
B.
Kunjungan
Setiap Lokasi di Karangsambung
1.
Lokasi ke-1
Lokasi pertama yang dikunjungi oleh
kelompok kami terletak di daerah Gunung Parang, Desa Karang Sambung. Ke arah
utara dan 3 ¼ kilo dari kampus LIPI. Disana terdapat pemukiman penduduk beragam
yang menempati tanah wakaf. Disana terdapat batuan beku diabas (intrusi) yang
berwarna abu-abu. Warna abu-abu menunjukkan batu diabas ini termasuk
intermedier (antara mafic dan felsic). Adapun yang berwarna coklat menunjukkan
batuan yang sudah tua atau lama. Batuan
diabas ini mengandung dua mineral yaitu mineral piroksen yang berwarna hitam
dan mineral plagioklas yang berwarna putih. Berdasarkan Skala Mohs, batu diabas
ini memiliki kekerasan 4-5 Skala Mohs.
Disana juga terdapat struktur kekar
tiang (Colomner Join) yang diakibatkan oleh kontraksi batuan di sekitarnya.
Struktur ini berbentuk diagoanal
segitiga dan terdapat batuan terobosan (batu lempung yang diterobos oleh magma
sehingga menghasilkan Columner Join).
Gambar
4.1
2.
Lokasi ke-2
Lokasi kedua yang dikunjungi oleh
kelompok kami terletak di Muara Sungai Kalimandala, Desa Karang Sambung.
Sebelah utara dan 1 kilo dari kampus LIPI. Sungai Kalimandala terbentuk oleh
pertemuan dua lempeng yakni lempeng Samudera dan lempeng Benua. Lempeng ini
berjalan antara 5-12 cm per tahunnya yang dijalankan oleh arus konveksi. Disana didominasi oleh batuan beku basaltis
yang berstruktur fillow lava. Struktur fillow lava terjadi karena adanya magma
yang membeku secara spontanitas sehingga terbentuk bulat-bulat dan terbreksi.
Struktur fillow lava juga terbentuk dari
pengaruh air laut.
Secara umum terdapat empat jenis
batuan di sekitar sungai Kalimandala, yaitu.:
a.
Batuan Basal
(fillow lava) yang berwarna merah (mengandung Fe)
b.
Jasper/Rizang
(yang terangkat dari lempeng benua)
c.
Batu Filit
(Batuan sedimen palung laut)
d.
Breksi Sesar
(akibat dua bidang yang saling bergesekan)
3.
Lokasi ke-3
Lokasi ketiga yang dikunjungi oleh
kelompok kami terletak di Kali Lokulo, Desa Wonosobo, Kecamatan Karang Ayam.
Sungai Lokulo ini adalah sungai terbesar yang ada di Kebumen dan sekaligus
batas kecamatan antara kecamatan Karang Sambung dan kecamatan Karang Ayam.
Disana terdapat singkapan batu
filit/sabak. Batua filit termasuk batu metamorf yang terbentuk dipengaruhi oleh
tekanan (pressure) dan datuan ini berfoliasi atau adanya penjajaran mineral.
Foliasi ini seharusnya berbentuk
horizontal. Namun, karena dipengaruhi oleh gaya tektonik sehingga berbentuk
vertical.
Tidak hanya batu filit, di lokasi
ketiga ini terdapat banyak singkapan batuan dari mulai batuan beku, sedimen dan
metamorf. Untuk itu, kami diberi kesempatan untuk mencari dan mengambil sampel
batuan utnuk dibawa ke rumah, agar kelak kita masih mengingat jenis batuan dan
namanya.
Batuan filit
Batuan sabak
4.
Lokasi ke-4
Lokasi keempat yang dikunjungi oleh
kelompok kami terletak di Desa Totogan, Kecamatan Karang Sambung. Terletak 3
kilometer dari kampus LIPI. Disana kami melihat dan mengenal bentuk roman muka
bumi yang terdapat di Karang Sambung. Diantaranya, terdapat dataran
alluvial/lembah, pemukiman yang berjejer di sekitar satuan pegunungan bukit,
dan beberapa puncak gunung.
Di lokasi tersebut, dikelilikngi
oleh beberapa gunung, diantaranya Gunung Cilekeb yang didominasi oleh batuan
metamorf sarpentinit, Gunung Igir Pemantung yang didominasi oleh batuan sedimen
greawake dan Gunung Glewang yang didominasi oleh batuan metamorf amphibol dan
skeis.
Batuan skeis
5.
Lokasi ke-5
Lokasi kelima yang dikunjungi oleh
kelompok kami terletak di Desa Pucangan, Kecamatan Sadang. Terletak 7 kilometer
dari kampus LIPI. Disana terdapat batuan metamorf sarpentinit yang menyusun
lantai Samudera. Batu sarpentinit terbentuk karena ubahan dari batuan beku basa
yang dipengaruhi oleh tekanan dan suhu yang tinggi. Dinamakan sarpentinit,
karena didominasi oleh mineral sarpentin yang berwarna hijau. Batuan ini
memiliki kekerasan yang sama dengan batu asbak yakni 2 menurut Skala Mohs.
Dalam batuan ini terdapat pecahan yang diakibatkan pada saat magma mengental
maka desakan semakin keras sehingga terdapat retakan/pecahan.
6.
Lokasi ke-6
Lokasi keenam yang dikunjungi oleh
kelompok kami terletak di Kali Brengkok, Desa Candrakulo. Terletak 11 kilometer
dari kampus LIPI. Disana terdapat singkapan batuan metamorf skeismika yakni
ubahan dari pasir kuarsa. Terbentuk dari lempeng Benua yang masuk ke lempeng Samudera.
Batuan ini berstruktur foliasi (berserat) karena tekanan (pressure). Terdapat
warna putih dalam batuan ini karena mengandung mineral mika. Batuan ini adalah
batuan tertua di pulau Jawa yang umurnya 21 juta tahun yang lalu.
Batuan skesmika
7.
Lokasi ke-7
Lokasi ketujuh yang dikunjungi oleh kelompok kami terletak di Kali
Muncar, Desa Sebono, Kecamatan Sadang. Terletak 8 kilometer dari kampus LIPI.
Sungai Kali Muncar adalah anak dari Sungai Lokulo.
Disana terdapat singkapan batuan sedimen rizang yang tidak ada di
mana pun. Batu ini terbentuk karena pemekaran tengah Samudera. Batu rizang ini
berwarna merah ati karena mengandung Fe. Batu rizang selang seling dengan
lempung merah gampingan diendapkan di dasar Samudera dengan kedalaman 4000-6000
meter. Di dalam batu rizang ini terdapat fosil radiolaria yang berukuran
0,01 mm. Batu ini memiliki kekerasan 7 berdasarkan Skala Mohs.
Batuan rizang
8.
Lokasi Ke-8
Lokasi kedelapan yang dikunjungi
oleh kelompok kami yaitu terletak di depan kampus LIPI. Disana terdapat
bongkahan sedimen organic yakni cangkang fosil foraminitera numurites yang
diendapkan di laut dangkal dengan kedalaman 50-100 meter. Fosil ini mengandung
unsur Kalsium Karbonat yang jika ditetesi oleh HCl akan bereaksi. Fosil
ini terbentuk sekitar 36-52 juta tahunyang lalu.
Batuan fosil
9.
Lokasi ke-9
Lokasi kesembilan yang dikunjungi
oleh kelompok kami yaitu terletak di dekat kampus LIPI. Hanya membutuhkan waktu
sebentar dengan berjalan kaki maka sampailah di lokasi ke-9. Disana terdapat
bongkahan sedimen klastik konglomerat yang terdiri dari fragmen bebatuan. Batu
ini mengandung mineral kuarsit yang berwarna putih dan memiliki ukuran > 2
mm. Konglomerat ini diikat oleh pasir yang dinamakan perekat silica. Batu ini
memiliki kekerasan 5-6 berdasarkan Skala Mohs.
Batuan konglomerat
10.
Lokasi ke-10
Lokasi kesepuluh terletak di kampus
LIPI yakni kami mengunjungi bengkel Geologi. Disana terdapat banyak sampel
batuan yang sudah di modifikasi sedemikian rupa. Dari mulai batuan beku,
sedimen dan metamorf. Batuan itu di ambil dari lokasi Karang Sambung yang
memiliki ragam batuan.
Dari batuan tersebut dibuat sekreatif mungkin
seperti kalung, bros, cincin dan ornamen sehingga memiliki harga jual yang
sangat tinggi.
11.
Lokasi ke-11
Lokasi kesepuluh terletak di kampus
LIPI yakni kami mengunjungi Museum Geologi.
C.
Kunjungan ke
Gunung Merapi
Setelah selesai melakukan penelitian di Karang
Sambung, esok paginya kami melanjutkan pengamatan ke Sungai Boyong, yaitu
sebuah sungai yang terjadi akibat dari hasil erupsi letusan gunung Merapi.
Lokasi ini terletak ±20km dari
puncak Gunung Merapi. Di sungai ini masih banyak hasil erupsi yang tertibun
berupa pasir dan batu. Warga sekitar banyak yang memanfaatkan hasil erupsi ini
dengan mengangkutnya sehingga menghasilkan nilai ekonomi. Di sungai ini juga di
bangun Sabo yaitu, sebuah bangunan untuk
mengendalikan aliran sungai. Sabo ini berasal dari bahasa jepang. Tipe Gunung Merapi saat meletus yaitu tipe strombolian
dan eksposit.
D.
Kunjungan ke
Pantai Glagah
Lokasi
terakhir yang kami kunjungi adalah Pantai Glagah, yang terletak di Kulon Progo.
Di pantai ini kita dapat menjelaskan tentang ekosistem yang ada di pantai, diantaranya:
1.
Ekosistem
berbatu
2.
Ekosistem
berpasir, rumput – rumput lari
3.
Ekositem
berlumpur, mangrove (bakau)
Di pantai ini juga ada teknologi
pemecah gelombang (briker) yang merupakan rekayasa teknik. Pemecah gelombang
ini di simpan di pinggir pantai agar menjadi dermaga untuk kapal – kapal. Pasir di pantai ini adalah lapukan dsari batu
andesit karena warnanya berwarna abu – abu gelap.
Di pantai ini juga terdapat pasir yang unik yaitu Iron Sand atau Pasir Besi, pasir ini berasal dari batu
yang menggandung besi biasanya Limonit dan Hematit sebagai bahan baja, semen,
logam.
E.
Perjalanan
Pulang
Perjalanan
pulang dari pantai glagah kita dapat melihat beberapa vegetasi yang menhiasi
sepanjang perjalanan yaitu,
1.
Pohon kelapa
2.
Perkebunan
jagung
3.
Perkebunan
semangka
4.
Perkebunan
cabai rawit
5.
Perkebunan
terong
6.
Perkebunan
paria
7.
Perkebunan
sistem tumpang
a)
Perkebunan jagung dan pepaya
b)
Perkebunan cabai dan pepaya
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penelitian ini maka peneliti telah berhasil mengintegrasikan beberapa teori
yang diperoleh yang berhubungan dengan mata kuliah geologi dengan keadaan nyata
di lapangan,diantara pembuktian yang dapat diambil dari jalannya penelitian ini
adalah bukti analisis data yang menyimpulkan bahwa batuan akan memuai jika kena
panas dan menyusut jika kena dingin. batuan yang tersusun dari mineral yang
berwarna warni akan lebih cepat lapuk dibanding batuan yang tersusun atas
mineral tunggal. Mineral yang berwarna gelap akan lebih cepat panas dibanding
warna lain. Batuan memiliki struktur dan tekstur yang berbeda,mempunyai
ketebalan yang berbeda,proses terjadinya batuan dan penamaannya pun berbeda.
B.
Saran
Adapun
saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Jalannya penelitian harus benar-benar matang dan terencana sebelumnya serta berjalan sesuai prosedur
- Peserta penelitian harus lebih bersungguh-sungguh dalam melakukan praktek penelitian di lapangan
- Sebagai manusia kita harus mengkaji setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita supaya tumbuh kesadaran kekuasaan Tuhan sehingga tumbuh kepedulian untuk menjaganya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyo, Agung. 2008. “Pengantar
Ilmu Kebumian”. Bandung: Pustaka Setia.
exonn.blogspot.com/2009/11/pelapukan.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar